Nafsu Membara Kakak Ipar


Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”

Part.  1. Akan Dijodohkan

Seorang gadis cantik imut itu bernama Zelia Zalsa Kinanti yang baru saja pulang dari butik kecantikan yang dikelola oleh dirinya sendiri didaerah pusat keramaian kota metropolitan. 

Karena super capeknya dia merebahkan tubuh rampingnya di atas ranjang. 

"Sudah lama s3kali aku tak bertemu mama papa..." Gumamnya mengingat suasana rumah.

Dalam waktu bersamaan tiba-tiba handphone-nya berdering sontak wanita itu menerima panggilan. 

"Hallo pah apa kabar?.."

"Papa langsung saja, bagaimana dengan keputusanmu akan perjodohan itu?.." Ujar pak Anton dari seberang.

Tampak Zelia membuang nafas sambil memutar mata malas. 

"Zelia sudah bilang berapa kali tidak mau menerimanya, lagian kan masih ada kak Putri kenapa harus aku?.."

Terdengar tidak ada jawaban dari pak Anton. 

"Kamu harus bertemu dengannya dulu baru menyimpulkan menolak atau tidaknya.."

"Tidak pah, aq sudah yakin, untuk saat ini ingin menikmati masa muda dulu!." Jawaban Zelia

"Oke papa tidak akan memaksa lagi, s3karang yang akan menjalani perjodohan ini adalah Putri. Kakak kamu, Tapi.... Sebagai gantinya dua bulan ke depan kamu pulang ke Jakarta papa butuh peran designer-mu di perusahaan, ingat itu tidak ada bantahan!..." Tegas Anton.

"Iya-iya pah..."

Setelah selesai bicara panggilan itu berakhir, Zelia kembali merebahkan tubuhnya di kasur. 

"Akhirnya terlepas juga..."

Zelia membuka jendela Membiarkan angin malam yang sepoi-sepoi masuk ke dalam, ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dari luar sana terdengar kegaduhan bahkan orang-orang s3kitar apartemen keluar dari apartemennya, Zelia tidak mendengar itu ia hanya fokus mandi.

Sebuah lengan kekar muncul dari jendela kamar Zelia, masuklah seseorang memakai topeng menutupi wajahnya, ia sontak mengunci kembali jendela. "Sial!.."

Lelaki itu menatap pintu kamar mandi yang terbuka, Zelia keluar sambil mengacak-acak rambutnya yang masih basah dengan handuk.

Mata Putrinya melotot ia terkejut melihat sosok lelaki mengenakan topeng di kamarnya. 

"Siapa kau!!! sedang apa di kamarku?.." Pekik Zelia dengan nada tinggi lengannya mencari benda untuk jaga-jaga.

Lelaki itu sontak mendekati Zelia yang memelototinya. 

"Jangan mendekat!!! selangkah lagi atau aku akan....."

Srett...

Topeng itu perlahan dibuka memperlihatkan bentuk wajah blasteran tampan yang sempurna, Zelia tertegun namun ia tetap pada pendiriannya memelototi lelaki itu dengan tajam.

"Ini memang lancang tapi tolong bekerja samalah!.." Ujar lelaki itu kepada Zelia.

Dalam waktu bersamaan tiba-tiba pintu apartemen Zelia diketuk seseorang, sontak saja telunjuk lelaki itu menutup bibir Zelia untuk diam. "Sssstt..."

"Aku butuh bantuanmu nona, temui orang itu jangan bilang kehadiranku. Sebagai balas Budi aku akan menggantinya dengan uang.."

Zelia menatap intens mata biru itu. 

"Apa kau seorang pencuri yang sedang diburu polisi? jika ia aku tak segan menyerahkanmu kepada mereka!."

"Bukan aku seorang detektif..."

Zelia sedikit terkejut lelaki itu menunjukkan identitasnya dengan kartu untuk membuatnya percaya. 

"Baiklah..." Zelia sontak menghampiri pintu menemui mereka.

"Apa kau melihat orang bertopeng!.."

"Aku tidak melihatnya, mengganggu waktu tidurku saja!.." Sinis Zelia sambil menguap.

Segerombolan orang itu melirik apartemen Zelia setelahnya berlalu pergi, Zelia kembali mengunci pintu dan melangkah menghampiri lelaki itu.

"Berikan nomor rekeningmu akan ku transfer..."

Zelia patuh saja sambil menikmati keuntungan itu lumayan menurutnya untuk keperluan butik.

"Sudah ku transfer, terimakasih..."

"Oke."

Tampak handphone lelaki itu berdering ia menerima panggilan dan bicara penuh kemalasan terhadap yang menghubunginya, setelah panggilan selesai ia kembali mengenakan topeng menutupi wajah tampannya itu. 

"Aku akan pergi s3karang, ada urusan pribadi yang harus diurus.."

Zelia hanya manggut-manggut saja. "Oke..."

Saat lelaki itu hendak pergi.... "Tunggu siapa namamu?."

"Marchel Bryan Saputra..."

Setelah berucap Marchel pergi meninggalkan apartemen Zelia.

Zelia terdiam pikirannya tertuju pada Marchel yang memiliki wajah tampan juga tubuh tinggi kekar. 

"Jika papa menjodohkanku dengan orang seperti dia, mungkin aku tak menolaknya.." Lirih zelia dengan sedikit kekehan. 

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html


Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  2


Putri sontak menggebrak meja mendengar ucapan papanya. 

"Menikah malam ini pah? yang benar saja!.."

"Kau sudah cukup umur untuk menikah Putri! papa tidak bisa menolak ajakan om Saputra dia memiliki peran penting dalam perusahaan kita." Tegas Anton.


Putri mendelik mendengar itu pasalnya ia juga sudah memiliki seorang kekasih yang sangat dicintainya.


"Dan juga akhiri hubunganmu dengan Agus papa tak suka kamu berhubungan dengannya!.." Lanjut Anton.


"Apa???..."


Anton berdiri dari duduknya. "2 jam lagi keluarga Saputra akan sampai persiapkan dirimu, tidak ada bantahan atau jabatanmu sebagai divisi keuangan di coret!."


"Jangan pah!.." Rengek Putri. "Mah bantu aku dong kenapa diam saja?."


Mama Nayla menggeleng. "Mama tidak bisa menghalangi papa.."


"Kamu ditunggu di ruang rias pengantin ya.." Lanjut Nayla.


Kedua orang tua itu berlalu pergi meninggalkan Putri di sana. "Cih! apa karena aku anak angkat mereka yang harus menjalani ini?, oke baiklah Zelia mungkin dengan ini kesempatanku untuk hidup bergelimang harta bisa menyaingimu..."


***


Keluarga Saputra sudah datang, sambil menunggu Putri selesai dirias dua keluarga itu mengobrol tentang pernikahan yang akan dilangsungkan.


"Putri keduaku menolak perjodohan ini katanya Zelia mau menikmati masa muda dulu, sebagai gantinya Putri putri pertamaku yang akan menikah..." Ujar Anton kepada keluarga Saputra.


Tampak raut wajah istri Saputra terlihat sedih, pasalnya ia sangat menginginkan Zelia yang menjadi menantunya tapi kehendak berkata lain. Namun ia sontak kembali tersenyum untuk menerimanya. "Baiklah tak apa..."


Anton dan Nayla tersenyum.

Saputra melirik putranya yang dari tadi hanya diam mendengar percakapan itu. "Marchel apa kau siap?...."

"Hmmm..." Jawabnya singkat.

"Kalian nanti pasti akan lebih mengenal, tenang saja cinta dan kasih sayang akan muncul seiring berjalannya waktu." Ujar Anton kepada calon menantunya.

"Iya om..."

Marchel terpaksa menerima pernikahan ini, ia tidak bisa menolak keinginan orang tuanya itu.

Putri turun dari lantai atas ia terlihat cantik dengan balutan kebaya putih juga make up, tatapan matanya tak lepas dari Marchel. 

"Apa dia yang akan menjadi suamiku?." Batinnya ia merasa kagum dengan ketampanan lelaki blasteran itu.

"Ini calon istrimu Marchel.." Ujar Saputra kepada putranya.

"Iya..." Balas Marchel sambil menatap ke arah Putri.

"Baiklah kita langsungkan pernikahan ini."

Dengan disaksikan oleh keluarga, Marchel mengikuti ucapan penghulu sehingga resmilah hubungan keduanya sah sebagai suami istri.

Sebelum pulang Marchel melihat raut wajah mamanya Maya yang tampak tak bahagia ia sontak menghampirinya. "Ada apa ma bukankah aku sudah melaksanakan keinginanmu?."

"Sebenarnya mama menginginkan Zelia yang menjadi istrimu tapi demi menghargai Anton mama terima Putri."

"Wanita itu menolakku bagaimana lagi?."

"Baiklah tak apa semuanya telah terjadi, mama dan papa pulang.." Ujar Maya mengusap kepala putranya.

"Baiklah hati-hati."

Mereka berlalu pergi begitupun dengan Marchel melangkah menuju kamar yang telah disediakan.

Putri terkejut saat Marchel masuk ia sontak mengakhiri panggilan dengan seberang sana, tidak ada reaksi dari Marchel dia merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Apa dia akan meminta haknya? tidak aku harus cepat pergi.." Batin Putri yang sudah siap-siap.

"Aku ada urusan dengan teman kantor ini sangat penting, kuharap kau mengizinkannya.." Ujar Putri kepada Marchel.

"Pergilah..." Lirih Marchel.

"Oke terimakasih..." Putri sontak berlalu pergi meninggalkan rumah itu.

...***...

Pintu hotel diketuknya seorang lelaki membuka pintu, ia tersenyum menyeringai langsung menarik orang itu ke dalam kamar.


"Putri aku merindukanmu..." Lirih Agus yang sontak mengangkat tubuh wanitanya, ia bahkan meremas bagian bawah belakang wanita itu.


"Aku lebih merindukanmu..." Lirih Putri mengalungkan tangannya di leher Agus.


Keduanya berciuman penuh g4irah saat ini tangan Agus sudah menjelajahi tubuh Putri yang terlentang di bawah kekuasaannya.


"Bagaimana sayang?.." Tanya Agus sambil tangannya tak diam bermain.


"Mmmm, aku menyukainya..." Lirih Putri dengan mata terpejam.


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html

Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  3


Erangan Putri benar-benar membuat g4irah Agus semakin menjadi, lelaki itu terus menggempurnya dengan berbagai gaya demi kepuasan.


Peluh sudah membasahi tubuh polos keduanya, Putri ambruk diikuti Agus nafas mereka tak karuan akan adegan panas itu.


S3kali lagi Agus ******* bibir Putri sambil tangannya tak lepas bermain di dua gundukan kenyal itu. "Aku mencintaimu..."


Putri hanya tersenyum karena kelelahan.


"Suatu saat nanti aku akan menikahimu membuat om Anton merestuinya..."


S3ketika raut wajah Putri berubah ia mengingat pernikahan dadakannya dengan Marchel. "Aku akan terus menyembunyikan hubungan ini sampai waktunya tiba.."


"Sampai kapan? bagaimana dengan suamimu itu? aku tidak mau jika dia menyentuh tubuhmu kau milikku!." Tegas Agus.


"Tenang saja aku hanya milikmu sayang, pernikahan ini akan ku ambil keuntungannya divisi keuangan papa aku yang pegang. Setelah berhasil ku kuasai, kita berdua pergi dan hidup bersama..." Lirih Putri mengedipkan matanya sambil mengelus benda pusaka Agus. 


Lelaki itu memejamkan matanya akan sentuhan sang kekasih. "Kau nekat s3kali sayang..."


"Aku tak peduli mereka hanya orang tua angkatku..."


"Apa kau yakin tidak akan jatuh hati kepada suamimu itu? awas saja ingat diriku terus!.." Timpal Agus yang kembali menindih tubuh Putri.


"Tidak akan pernah sayang, lagian dia orangnya terlihat dingin..." Balas Putri yang mencium bibir Agus duluan.


"Oke..."


Keduanya kembali mengulang adegan panas penuh g4irah, tanpa memikirkan hal apapun yang menjadi penghalang penyatuan itu.


***


Pukul 05:00 pagi.


Putri mengendap memasuki rumah besar itu berharap tidak ada yang melihatnya.


"Darimana kamu?..." Tanya mama Nayla kebetulan dari dapur.


Putri sontak tersenyum menyeringai ke arahnya. "Tadi malam ada keperluan dengan rekan kantor ma aku tidak bisa menundanya."


"Bagaimana dengan Marchel kau meninggalkannya sendirian? Putri s3karang kau sudah bersuami jeda dulu pekerjaan!."


"Iya ma..." Jawab Putri sedikit kikuk.


Nayla menatap penampilan putrinya. "Kenapa baju kamu kusut kayak gitu?."


"Ah ini aku tidak sempat menyetrikanya karena buru-buru." Bohong Putri.


Nayla hanya manggut-manggut. "Baiklah..."


Setelah itu Putri memasuki kamar, di sana sudah terlihat Marchel duduk mengotak-ngatik handphone-nya dengan sebuah map di tangan. "Baru pulang?.."


"Iya maafkan aku..."


Tanpa berbicara lagi Marchel memberikan map itu kepada Putri, sontak saja Putri membacanya.


"Pernikahan ini hanya keinginan orang tua, setelah kerjasama proyek perusahaan usai dari kedua belah pihak, aku akan menceraikanmu. Di hadapan mereka kita harus berlagak layaknya sepasang suami istri yang saling mencintai, apa kau paham nona Putri?." Ujar Marchel tanpa ekspresi.


"Tentu aku setuju..." Antusias Putri.


"Oke, aku sibuk dengan pekerjaanku setiap bulan aku akan kesini sebanyak 4 kali. Kau bebas melakukan apapun tetapi harus bersandiwara di depan orang tua!."


"Baiklah, tapi kau harus tetap menafkahiku sebagai istrimu!..."


"Hmmm..." Singkat Marchel.


Batin Putri begitu senang mendengarnya.


Mereka berdua menemui Nayla dan Anton, Marchel sendiri langsung berpamitan ia beralasan tidak membawa Putri karena Putri sendiri bekerja di perusahaan.


...***...


2 bulan berlalu...


Begitulah hubungan Marchel dan Putri mereka berhasil menjalaninya penuh sandiwara pura-pura saling mencintai di hadapan orang-orang.


Kebetulan hari ini Marchel pulang ke rumah keluarga Anton, mereka sedang makan bersama dengan khidmat.


"Ah iya Zelia sedang dalam perjalanan pulang menuju ke sini.." Mulai papa Anton ia terlihat bahagia.


"Wanita yang menolak dijodohkan denganku?." Batin Marchel namun ia tampak acuh kembali.


"BenMarchelh?." Tanya Putri yang sedikit tak suka.


"Tentu.." Jawab mama Nayla.


"Papa yang menyuruhnya untuk pulang, nak Marchel sendiri belum tahu kan adik ipar sendiri?." Tanya Anton.


"Belum.."


"Oke nanti kalian bertemu juga.."


Acara makan selesai, mereka menunggu kedatangan Zelia di ruang keluarga..


Dari kejauhan terdengar langkah kaki yang berlari memasuki ruangan itu. "Mama! papa!...."


"Zelia...."


Zelia tanpa pikir panjang sontak berhambur ke pelukan Anton dan Nayla. "Rindu s3kali..."


"Kami juga sayang...." Balas keduanya.


Setelah puas pelukan pun terlepas. "Itu ada kakakmu dan suaminya.." Tunjuk Nayla.


Zelia mengikuti telunjuk mamanya, s3ketika senyumnya hilang saat bertatapan dengan lelaki yang tak asing bagi Zelia.


Marchel sendiri sedikit membulatkan matanya. "Jadi dia yang menolak dijodohkan denganku?..."


"Hah!!! lelaki ini? yang benar saja Marchel?..." Batin Zelia terkejut.


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html


Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”

Part.  4

"Aku berandai-andai jika dia orang yang dijodohkan denganku akan ku terima, ternyata ini benar. Tapi kak Putri yang menjadi istrinya.." Batin Zelia ia masih mematung mendapati itu. "Sudahlah kenapa kau memikirkannya, apa pedulimu?.."


"Kenapa bengong Kai?, beri salam dia kakak iparmu.." Ujar papa Anton kepada putrinya.


"Oke.."


Zelia menghampiri Marchel yang duduk bersama Putri, tampak romantis s3kali pasangan suami istri itu. "Hallo kak aku Zelia adiknya kak Putri..." Ujarnya sambil mengulurkan tangan.


Marchel membalas uluran tangan itu. "Hallo adik..."


"Panggil Zelia saja aku sudah dewasa."


"Oke..."


Setelah itu Zelia duduk di samping papanya, tetapi mata Putrinya itu tak lepas menatap lekat Marchel dengan tatapan sedikit tajam.


"Zelia bakatmu dalam mendesain fashion benar-benar luar biasa, biMarcheln butikmu yang di Bandung diurus paman Zaka. Kamu kembali tinggal di sini dan bekerja sama dengan perusahaan papa juga om Saputra.." Ujar Anton.


Marchel membalas tatapan mata Zelia yang tampak mengintimidasi itu. "Gadis kecil apa kau menyesal telah menolakku?." Batinnya.


Zelia beralih menatap papanya. "Akan ku coba pa.."


"Baiklah.."


Putri memutar mata malas ia benar-benar tak suka dengan kehadiran adik iparnya itu, apalagi s3karang Zelia akan berkoordinasi dalam dua perusahaan besar. Ingin membantah tapi ia sendiri tidak berbakat dalam mendesain.


"Ah iya, Putri Marchel pernikahan kalian sudah berjalan dua bulan. Apa tidak kepikiran untuk memiliki keturunan?." Tanya mama Nayla.


Mereka bertiga menatap pasangan suami istri itu termasuk Zelia, Putri kikuk dengan pertanyaan mama Nayla sementara Marchel hanya diam.


"Untuk s3karang tidak dulu kita sibuk dengan pekerjaan, apalagi Marchel.." Ujar Putri.


Bagaimana bisa hamil? mereka melakukannya saja tidak. Jika Putri hamil pun itu bukan anak Marchel melainkan anak Agus yang selalu bercinta dengannya. Marchel sendiri tidak ada kemauan untuk membobol istrinya itu ia sibuk dengan pekerjaan.


"Apa tidak ada sesuatu yang terjadi di antara kalian berdua?." Selidik Anton.


"Tidak.." Jawab singkat Marchel ia sontak mencium kening Putri, lalu keduanya tersenyum.


"Syukurlah..."


Melihat itu Zelia membuang nafas kasar, rasanya kesal s3kali entah kenapa.


"Zelia nanti juga Marchel akan berbicara denganmu tentang proyek dalam bidang fashion, papa tahu kamu bisa diandalkan.."


Zelia hanya manggut-manggut saja. "Alat-alatnya harus dipersiapkan aku tidak mau repot mencari dulu kesana-kemari.."


"Baiklah..." Balas Marchel.


"Oke...."


Zelia berdiri dari duduknya. "Semuanya aku mau istirahat dulu.."


"Iya Kai kamu pasti capek sayang..." Balas mama Nayla.


Zelia menaiki anak tangga ia menatap kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Putri. "Apa jika mereka berdua melakukannya akan terdengar?..." Batinnya menerawang jauh. "Haish, stop memikirkan mereka. Ada apa denganmu Kai?.." Setelah itu Zelia memasuki kamar.


"Nak Marchel apa kamu akan pulang s3karang?.." Tanya Anton.


"Sepertinya akan menginap di sini..."


"Tumben?.." Timpal mama Nayla.


"Aku ingin berduaan menghabiskan waktu bersama istriku.." Balas Marchel sambil tersenyum.


"Haha baiklah..."


S3ketika wajah Putri pucat ia menatap wajah Marchel, Putri rencananya malam ini akan bertemu dengan Agus. Sebenarnya bukan itu yang ia khawatirkan, bagaimana jika Marchel meminta haknya lalu mengetahui jika kesuciannya sudah terenggut.


"Ini sudah malam mari kita istirahat.." Ucap Anton yang diangguki mereka.


Marchel menggandeng tangan Putri untuk memasuki kamar, s3kilas Marchel menatap kamar Zelia setelahnya ia melanjutkan langkah.


Sesampainya di kamar, barulah Marchel melepaskan genggaman.


Putri mematung perasaannya tak karuan, ia semakin dag dig dug saat Marchel membuka kaosnya. "Anu, apa kau akan meminta hakmu s3karang?."


Marchel menatap lama Putri ia merasakan jika wanita itu sedang cemas. "Bukankah wajar? selama dua bulan ini aku tidak memintanya..."


Putri meremas ujung baju kuat. "Bagaimana ini, aku tidak mau jika dia tahu kesucianku sudah hilang!!.." Batinnya.


Bersambung...


Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html

Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  5


"Sebenarnya malam ini aku ada rencana bertemu teman di cafe, sudah janji pula aku tidak enak menolaknya. Apa kau mengerti maksudku?." Bohong Putri ia berharap s3kali jika Marchel mempercayainya.


Tidak ada reaksi dari lelaki itu ia hanya memasang wajah datar, tubuh kekarnya yang polos itu melewati Putri. "Aku buka baju hanya ingin mandi tidak bermaksud meminta hak, kenapa kau tampak cemas s3kali?. Pergi saja kau tahu sendiri pernikahan ini hanya di atas kertas." Ucap Marchel seraya memasuki kamar mandi.


Barulah Putri bisa bernafas lega tapi ia merasa sedikit takut jika Marchel mulai mencurigainya. "Masa bodo! bukankah pernikahan ini hanya sandiwara di depan orang-orang?." Batinnya yang kembali senang.


Dengan bersenandung kecil Putri mengambil handphone memberikan kabar kepada Agus, setelahnya ia berlalu pergi meninggalkan rumah itu menuju tempat sang kekasih berada.


Zelia mengerutkan keningnya saat melihat kepergian Putri, kebetulan ia dari dapur habis minum. Mata Putrinya beralih menatap ke kamar kakaknya itu. "Bukankah mereka berdua berencana menghabiskan waktu bersama? tapi kenapa? berarti Marchel sendirian?..." Pikir Zelia.


Wanita itu sontak mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak peduli..."


Zelia menaiki anak tangga kembali s3ketika langkahnya terhenti saat melihat Marchel menutupi pintu kamar hanya menggunakan handuk sepaha memperlihatkan bentuk tubuh atletisnya.


Marchel membuka kembali gagang pintu ia melihat sosok yang mematung di bawah tangga. "Zelia?.." Tanyanya.


"Oh, hai!..."Jawab Zelia sambil melanjutkan langkahnya kembali.


"Apa yang kau lakukan di bawah sana?."


Zelia mengangkat tangannya. "Mengambil minum..."


"Oh..."


"Ya..."


Zelia dibuat terdiam dengan tubuh kekar suami dari Putri, terlihat jelas masih ada bercak air sepertinya Marchel habis mandi dengan rambut basah yang tampak sexy itu.


"Ekhem!..." Gumam Marchel yang menyadari tatapan adik iparnya.


Zelia sontak mengembangkan senyum manis. "Maaf..."


"Tapi kalo boleh tahu tadi kak Putri pergi kemana? padahal ini sudah malam, bukankah kalian akan menghabiskan waktu bersama?." Tanya Zelia.


"Bertemu teman." Jawab singkat Marchel.


"Oh oke..."


Saat Zelia akan memasuki kamarnya tiba-tiba lengan kekar Marchel menahan tangan wanita itu. "Kenapa?."


"2 hari lagi ikut ke perusahaan papaku, kau akan jadi pengarah designer di sana aku tak tahu tekstur kain seperti apa yang harus disediakan." Ucap Marchel.


"Oke..."


Zelia sontak menarik genggaman tangannya, ia memasuki kamar begitupun dengan Marchel.


Air dalam gelas itu s3kali tegukan habis oleh Zelia, ia mengibas-ibas wajahnya dengan tangan. Bayangan tubuh kekar Marchel berputar dalam benak Zelia.


"Seperti belum melihat lelaki tampan saja Kai! kenapa bisa panas seperti ini? yang benar saja dia itu suami kak Putri..." Lirihnya kesal kepada diri sendiri.


Zelia melempMarcheln tubuhnya ke atas kasur tampak wajah cantiknya cemberut. "Apa aku menyesal telah menolak dijodohkan dengannya? tentu TIDAK itu pilihanku sendiri!."


Bayangan bercinta Marchel dan Putri muncul dalam pikirannya, Zelia menggeleng berkali-kali untuk menyingkirkan itu. "Pergi! bisa-bisa aku tidak bisa tidur...."


Demi menghilangkan pikiran kotornya Zelia menonton film di televisi, dalam tayangan itu terlihat pasangan yang sedang berciuman mesra. Zelia mengambil remote lalu mematikannya kembali, ia menghela nafas pasrah menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur lagi. "Sialan...."


Dalam waktu bersamaan tiba-tiba handphone Zelia berdering ia sontak menerima panggilan itu. "Hallo Sin?."


"Kai kok lo balik Jakarta gak kasih tahu gue sih?." Ujar Najwa dari seberang.


"Belum sempet Sin sorry ya..."


"Gak papa gue paham kok, kalo bisa besok ketemuan di cafe biasa gue ma Anindi kangen lo..."


"Oke bisa...."


Panggilan pun berakhir.


Bersambung.....



Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html

Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  6


Malam tergantikan dengan pagi..


Keluarga itu satu persatu duduk di meja makan untuk sarapan, Zelia tanpa pikir panjang duduk di samping Marchel ia sudah menduga jika Putri belum pulang.


Anton dan Nayla saling tatap. "Kai kenapa duduk di sana Putri nanti dimana?."


"Aku hanya mengisi kursi yang kosong ma, kak Putri semalam pergi ketemu teman katanya." Jawab Zelia.


Anton langsung menatap menantunya itu. "Padahal ini pertama kalinya kamu nginap di rumah, kenapa dia malah menemui teman?."


Marchel tersenyum. "Aku mengijinkannya..."


Nayla juga Anton manggut-manggut tetapi dalam hati mereka terasa ada yang janggal. "Baiklah ayo kita sarapan..."


"Ya..."


Zelia ses3kali curi-curi pandang melirik Marchel, wajahnya yang tampan blasteran New York membuatnya merasa kagum.


Di sela sarapan pagi itu, terdengar langkah kaki mendekat. Rupanya Putri baru pulang ia sontak menghampiri meja makan mengecup pipi Marchel s3kilas. "Maaf suamiku aku baru pulang..."


"Hmmm..." Jawab singkat Marchel.


Zelia sontak mengalihkan pandangan posisi duduknya pPutri di dekat Nayla. Bekas lipstik bibir Putri membekas di pipi Marchel, hal itu membuatnya jijik. "Alay!!..." Batin Zelia.


Putri duduk di samping Marchel.


"Kamu ini suami di rumah malah kumpul teman, jangan dijadikan kebiasaan Ndah. Papa merasa tak enak kepada Marchel!.." Ucap Anton. "Jika suami di rumah usahakan untuk tak menemui siapapun...."


Putri terdiam ia hanya tersenyum. "Iya pa aku paham, maafkan aku Marchel..."


"Oke.." Balas Marchel sambil mengusap pucuk kepala istrinya.


Zelia tak peduli dengan itu ia hanya menikmati sarapannya.


"Kemana antingmu Putri yang sebelah kiri?.." Tanya mama Nayla dengan tatapan menyelidik.


Jantung Putri dibuat berdebar, mungkin karena pergulatan panas antara dia dan Agus semalam yang membuat antingnya terlepas.


"Ah benMarchelh?.." Balik tanya Putri sambil menyentuh telinga. "Aku tak tahu mungkin terlepas, sudahlah...."


Anton menatap intens putrinya. "Apa kau menemui Agus!.."


"Agus? bukankah dia di Singapura?, ayolah pah kita sudah mengakhiri hubungan 2 bulan yang lalu.." Rengek Putri dengan wajah memelas.


Anton terdiam. "Baiklah ayo lanjutkan sarapan..."


Di sela sarapan itu Zelia kembali melirik Marchel. "Kenapa dia tampak seolah tak peduli? bertanya kepada Putri pun tidak. Sikapnya romantis tapi minim s3kali bicara, ah sudahlah aku tak peduli!..." Batinnya.


Marchel beralih menatap Zelia yang duduk di depannya, sontak saja Zelia mengalihkan pandangan karena ketahuan.


Setelah selesai sarapan Zelia izin mau bertemu dengan sahabatnya, ia sontak menancap gas mobil menuju cafe yang dimaksud Najwa.


"Akhirnya lo datang juga Kai..." Lirih Anindi yang langsung memeluk Zelia diikuti Najwa.


"Kangen banget...."


Mereka berpelukan sampai puas melepas rindu.


"Gimana di Bandung butik lo?." Tanya Najwa.


"Papa udah percayain sama om Zaka, gue kayaknya bakal di Jakarta dulu..."


"Oh iya...."


"Tapi Kai cowok yang waktu itu lo ceritain bener jadi kakak ipar lo?." Timpal Anindi.


Tampak wajah Zelia tak bersemangat. "Iya..."


"Di sini lo juga salah si Kai, seharusnya sebelum menolak perjodohan lihat dulu orangnya.." Balas Najwa.


"Kan gue gak tahu kalau itu Marchel, jika orang lain udah masa bodo..."


"Iya sih..."


"Terus gimana hubungan kalian berdua setelah bertemu?." Tanya Anindi kembali.


"Gak gimana-gimana, mau gimana lagi?." Balik tanya Zelia.


"Gue rasa lo nyesel Kai..." Timpal Najwa sambil mengunyah makanan.


Zelia terdiam ada benarnya juga ucapan sahabatnya itu.


"Awas lo jatuh cinta sama kakak ipar sendiri, dia udah jadi milik Putri..."


"Pernikahan mereka menurut gue kayak janggal banget, di depan orang-orang layaknya suami istri romantis. Tapi kak Putri jarang di rumah padahal tadi malam Marchel pertama kalinya nginap di rumah." Ucap Zelia.


"Maksudnya ditinggal pergi?." Tanya Anindi.


"Ya ketemu teman.."


"Bukannya Putri dulu pacaran sama Agus?." Timpal Najwa.


"Katanya sudah berakhir dua bulan yang lalu.."


"Gak menutup kemungkinan sih Kai..."


Zelia mengangkat kedua bahunya. "Aku tak tahu dan tak mau tahu..."


"Gue mau tanya s3karang perasaan lo ke Marchel gimana?." Serius Najwa.


"Intinya gak mungkin gue mencintai dia!..."


Bersambung....



Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html

Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  7


"Yakin lo Kai? lo dua bulan yang lalu pengen banget ketemu kembali sama Marchel, eh s3karang malah jadi kakak ipar sendiri." Timpal Anindi.


Zelia hanya diam sambil mengaduk-aduk jus di depannya. "Gue gak tahu..."


"Dua hari lagi gue juga bakal bersama Marchel ke perusahaan om Saputra untuk menjalankan proyek di sana.." Lanjut Zelia.


"Jaga iman ya haha..." Kekeh Najwa.


"Dih orang dingin kayak begitu, sama kak Putri aja minim bicara apalagi sama gue adik iparnya." Timpal Zelia dengan sedikit kekehan.


"Ya pasti banyak bicara Kai dia yang mengatur semuanya, termasuk belanja ini itu bareng lo.."


"Bener-bener!.." Balas Anindi.


"Menurut gue, kalau lo beneran suka sama Marchel gak papa jangan bertingkah lebih apalagi sampai melewati batas dia kan kakak ipar lo. Takutnya dia ilfil atau gimana, kecuali nih ya kalau dia terbuka sama lo.." Nasehat Najwa.


"Maksudnya masih ada peluang gitu?." Balik tanya Zelia.


"Heem..."


"Secara kan Kai, si Putri jarang ada waktu buat Marchel lakinya nginep aja ditinggalin bukan dikelonin, bisa jadi dia butuh sosok wanita yang selalu ada di sisinya..." Ucap Anindi.


"Lo harus coba jika memang menyukainya, kalau Marchel memberi respon bagus lanjutkan, kalau tidak stop jangan jadi pelakor. Satu lagi dekati lelaki itu untuk mengetahui hubungannya dengan Putri seperti apa, agar nanti kamu leluasa bergerak tanpa merasa terancam." Timpal Najwa.


Zelia memahami ucapan kedua sahabatnya itu. "Oke nanti kalau mood dicoba.." Lirihnya.


Mereka bertiga mengobrol tentang ini itu ses3kali diiringi gelak tawa, setelah selesai Zelia pamit. "Hari ini gue harus ke perusahaan papa, tidak bisa lama-lama di sini."


"Yaudah hati-hati titip salam buat om Anton juga tante Nayla Kai..." Ucap Najwa dan Anindi.


"Oke, see you..."


"See you..."


Zelia melajukan mobilnya membelah jalanan raya menuju perusahaan papanya, di sana ia mengarahkan beberapa designer untuk hasil yang lebih memuaskan, tak sedikit orang-orang merasa kagum dengan bakat Zelia dalam mendesain. Pantas saja butiknya yang di Bandung sangat terkenal kemana-mana.


***


2 hari kemudian....


Putri mengetahui jika Marchel akan membawa Zelia pergi ke perusahaan om Saputra untuk menjalankan proyek, tentunya ia merasa senang karena bisa leluasa berduaan dengan sang kekasih tanpa ada yang curiga.


Marchel sudah menunggu di bawah, Zelia menuruni tangga dengan kopernya.


"Putri kamu tidak ikut Marchel?." Tanya mama Nayla.


"Tidak ma, di perusahaan besok ada meeting. Perusahaan Marchel terbilang jauh aku tidak mau mengabaikan pekerjaan di perusahaan papa." Jawab Putri.


"Ada benarnya juga, Marchel apa kamu keberatan?." Ucap Anton.


"Tidak pah..."


"Oke, Zelia papa sudah menitipkanmu sama kak Marchel. Tetap profesional dan jangan berulah!.."


"Ya pah Zelia udah gede..." Balas Zelia.


Mereka berdua berpamitan, sebelum pergi Marchel mengecup kening Putri untuk melancMarcheln sandiwara. Zelia memutar mata malas melihat itu.


Mobil hitam milik Marchel meninggalkan pelataran rumah keluarga Anton, membelah jalanan raya menuju perusahaan Saputra.


Zelia menatap wajah Marchel yang fokus menyetir. "Apa akan lama sampai perusahaan?."


Marchel menatap Zelia s3kilas. "S3kitar 5 jam pasti kemalaman, kita nanti menginap dulu di apartemen.."


Zelia hanya manggut-manggut saja ia bingung harus bicara apalagi.


"Apa kau tidak takut?."


"Takut?." Balik tanya Zelia sambil menatap intens wajah Marchel. "Kenapa harus takut memangnya ada apa?."


"Menginap di apartemen bersamaku..."


Zelia s3ketika terdiam pikirannya menerawang jauh. "Aku tidak perlu takut bukankah kau kakak iparku?." Sengaja Zelia.


Di tengah perjalanan itu tiba-tiba Marchel menghentikan mobilnya di pinggir jalan.


"Ada apa?."


Marchel menatap lekat wajah cantik Zelia yang menatapnya juga penuh tanda tanya.


Bersambung....


Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html

Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  8


Marchel mendekatkan tubuh kekarnya ke arah Zelia, tatapan mata keduanya bertemu dalam jarak yang begitu dekat.


"Pakai sabuk pengamannya di depan ada polisi..." Ucap Marchel sambil memasangkan.


Zelia terdiam mata Putrinya sontak menatap ke arah luar. "Hah! apa yang ada dalam pikiranmu Kai?." Batin Zelia menjerit merasa malu.


Marchel acuh ia kembali melajukan mobilnya membelah jalanan raya, hening s3kali tidak ada yang bersuara. Zelia melirik perlahan ke arah Marchel yang fokus menyetir.


"Ya benar sepertinya aku menyesal telah menolak perjodohan itu, lantas bagaimana Kai? lo udah jatuh cinta sama kakak ipar sendiri!.." Batin Zelia frustasi.


"Ada apa?." Tanya Marchel tanpa melihat, ia menyadari tatapan Zelia yang tertuju kepadanya.


"Tidak ada hanya ingin melihatmu saja..." Refleks Zelia, ia sontak menutup mulutnya menyadari akan ucapan.


Marchel sontak menoleh ke arah Zelia, ia menatap s3kilas wanita itu setelahnya kembali fokus menyetir.


"Maksudku bukan be......."


"Kita makan dulu..." Potong Marchel menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran.


"Oke..."


Mereka berdua masuk dan duduk disalah satu kursi, Marchel memesan makanan untuk makan malam mereka.


Lagi-lagi Zelia kagum dengan lelaki di hadapannya itu, proporsi wajah yang tampak sempurna, dengan tubuh tinggi juga atletis hanya saja sikapnya yang terlihat dingin juga minim bicara. Namun itu daya tarik tersendiri bagi Zelia.


"Marchel kau dingin s3kali..."


"Tidak...."


"Lantas ini? aku tidak mau jika rekan kerja minim bicara, sangat tidak menyenangkan s3kali..." Lanjut Zelia tampak bibirnya sedikit cemberut.


Tidak ada jawaban dari Marchel ia hanya menatap lekat wanita di depannya itu. "Apa kau menyesal telah menolak dijodohkan denganku?."


"Pertanyaan macam apa ini?." Batin Zelia.


"Jika iya kenapa?." Balik tanya wanita itu.


Marchel sedikit terkejut dengan jawaban Zelia, namun pria itu hanya manggut-manggut saja membuat Zelia mengerutkan keningnya akan respon Marchel.


"Mungkin akan sedikit susah mendekati lelaki dingin ini, tapi tidak ada seorang pria yang bisa menolak pesonaku.." Batin Zelia terkekeh.


Dua orang pelayan datang membawa pesanan mereka, Marchel juga Zelia mengisi perut kosongnya. Setelah selesai mereka kembali membelah jalanan raya menuju apartemen yang akan digunakan untuk istirahat malam ini.


"Kenapa kau belum juga mengambil alih perusahaan om Saputra?." Tanya Zelia yang penasaran.


"Aku masih menikmati pekerjaanku, papa sendiri masih mampu memimpinnya.."


Zelia manggut-manggut.


Tidak lama akhirnya mereka sampai di apartemen, Zelia mengikuti langkah Marchel yang berjalan duluan. Kamar Zelia dan Marchel bersebelahan. "Bereskan dulu barangmu setelah itu ke kamarku!." Ujar Marchel sambil memasuki kamar.


Belum sempat Zelia bicara Marchel sudah menutup pintunya. "Apa yang akan dia lakukan?."


Terdapat senyum licik dari sudut bibir Zelia. "Aku tidak tahu yang jelas aku akan melakukan pendekatan dengannya untuk mengetahui hubungan Marchel dengan Putri yang tampak janggal itu...."


Zelia membawa masuk kopernya ke dalam kamar, ia sontak merapikan penampilan, memakai parfum di bagian leher juga pergelangan tangan, tidak lupa memakai sedikit lipstik membuatnya terlihat semakin cantik natural.


Perlahan Zelia mengetuk pintu kamar Marchel, tidak lama lelaki itu membukanya mempersilahkan masuk. Marchel memejamkan mata saat mencium aroma tubuh Zelia yang lewat di depannya.


Setelah itu Marchel mengunci pintu kamar. "Ikuti aku..." Ucapnya kepada Zelia, Zelia hanya patuh saja.


Marchel dan Zelia duduk di sebuah kursi dengan meja di tengahnya, lelaki itu menyodorkan sebuah kertas kepada Zelia. "Tema fashion yang akan digunakan nanti bertema adat tradisional India, apa kau sanggup?."


"Oke aku siap..."


"Oke..."


S3ketika ruangan itu menjadi hening. "Apa kau menyuruhku untuk datang ke sini hanya bertanya sependek itu?." Tanya Zelia.


"Hmmm kamu sudah paham tentang apa yang harus dilakukan...."


Tidak ada jawaban dari Zelia, ia hanya menatap lekat lelaki tampan blasteran New York itu. Mata Putri Zelia tertuju pada dada bidang Marchel yang kemejanya sedikit terbuka.


"Baiklah s3karang aku yang akan melakukan sesuatu..." Ujar Zelia sontak berdiri dari duduknya menghampiri Marchel.


Lelaki itu seperti biasa hanya menatap saja ke arah Zelia tanpa berbicara.


Perlahan tapi pasti Zelia duduk di atas pangkuan Marchel dengan tangannya yang melingkar di leher kekar lelaki itu, Marchel sontak menatap intens Zelia seolah memberi kode tanda tanya apa maksud dia berada di atasnya.


"Bagaimana?..." Lirih Zelia.


Bersambung....


Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.htmlNovel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”

Part.  9

"Apa yang kau lakukan di atasku?." Tanya Marchel.


Zelia menatap lekat wajah tampan itu ia merasakan wangi maskulin Marchel yang membuatnya terlena, Zelia mengembangkan senyum manisnya. "Sebenarnya tidak wajar tapi aku menyukaimu dari jauh hari...."


"Rupanya kau benar-benar menyesal telah menolak perjodohan itu..."


"Iya..."


Jari lentik Zelia perlahan membuka kancing kemeja Marchel satu persatu, lelaki itu tampak melotot dengan ulah adik iparnya.


Lengan kekar Marchel menahan tangan Zelia. "Stop!..."


Tidak peduli lagi dengan tatapan tajam lelaki itu, Zelia seolah tersihir untuk melakukan lebih mungkin karena rasa sukanya yang semakin menggebu terhadap Marchel.


Zelia menarik tengkuk Marchel, ia mengecup bibir lembut itu dengan mata terpejam. Sangat lucu s3kali ia merelakan ciuman pertamanya hanya demi bersentuhan dengan bibir Marchel.


Mata biru Marchel membulat sempurna akan ulah adik iparnya, tidak lama Zelia melepas ciuman itu. "Bagaimana dengan ciumanku barusan?."


"Turun dari pangkuanku s3karang juga!..." Tegas Marchel.


"Tidak akan, kau belum menjawab bagaimana ciumanku barusan..."


"Zelia....." Lirih Marchel menatap lekat mata Putri wanita itu. "Aku tidak merasakan ciuman yang kau lakukan hanyalah sebuah kecupan..."


Zelia terdiam...


"S3karang turunlah dari pangkuanku aku sudah menjawabnya!..." Tegas Marchel..


"Bukankah sama saja kecupan dengan ciuman? bibir kita saling bertemu.." Timpal Zelia.


"Tidak...."


"Kau benar-benar tidak tahu akan hal itu?." Ucap Marchel lagi.


Zelia sontak menggeleng. "Ini pertama kalinya bagiku mencium seorang pria.."


Marchel terdiam setelah mendengar ucapan Zelia, lengan kekar lelaki itu sontak menarik leher jenjang Zelia. Marchel menyatukan bibirnya dengan bibir ranum wanita itu.


Zelia sendiri terkejut dengan ulah Marchel, Marchel ******* lembut bibir Zelia atas dan bawah bergantian. Lengan kekar itu semakin mendorong kepala Zelia, Marchel menggigit bibir bawah wanita itu sehingga Zelia membuka bibirnya.


Hawa tubuh Zelia terasa panas, ciuman yang dilakukan Marchel semakin dalam lelaki itu menyesap penuh agresif dengan lidahnya.


Terlihat Marchel mengetuk meja dengan jarinya membuyMarcheln lamunan Zelia yang tampak bengong. "Kau tidak apa-apa?.."


"Astaga apa yang aku bayangkan tadi? liar s3kali!..." Batin Zelia merutuki diri sendiri akan khayalannya.


"Kai?." Ulang Marchel.


"Hah? aku tidak apa-apa kok, lanjutkan tadi kita bicara sampai mana?..."


"Sudah tidak ada pembicaraan kau yang tiba-tiba melamun, jangan melamun lagi dukun lumayan jauh dari sini..." Timpal Marchel dengan wajah dinginnya.


"Cih...." Kesal Zelia.


"Apa kau tidak akan bertanya sesuatu lagi? ini waktunya tidur.." Tanya Marchel sambil menatap wajah cantik itu.


Zelia membalas tatapan Marchel sehingga manik keduanya bertemu. "Sebenarnya ada sesuatu yang ingin ku tanyakan kepadamu..."


"Apa?..."


"Kehidupan pribadimu..." Ujar Zelia tanpa basa-basi.


"Tentang?."


"Pernikahanmu dengan Putri...".


Tampak Marchel terdiam Zelia terlihat serius ingin menanyakannya. "Tidak ada yang terjadi kami baik-baik saja..."


"Bagaimana perasaanmu terhadap kakakku?..."


"Kenapa kau bertanya itu?." Tanya balik Marchel sambil mengangkat kakinya sebelah.


"Hanya ingin saja, aku sebagai adik ipar boleh dong?."


Marchel diam sejenak. "Karena pada dasarnya pernikahan ini hanya karena dijodohkan mungkin suatu saat perasaan bisa muncul..." Sengaja Marchel tidak mau jika sandiwara terbongkar.


"Kalian tidak ada waktu berduaan sibuk dengan pekerjaan masing-masing, apa kau yakin perasaan itu akan muncul?..."


"Tidak juga...." Balas enteng Marchel.


"Lah? lalu bagaimana?."


"Aku tidak terlalu memikirkannya.." Jawab Marchel.


Zelia dibuat bingung sendiri ia mencerna setiap ucapan Marchel. "Ini aneh, kau yang bilang diantara kalian berdua tidak ada perasaan terus bermesraan di depan mama papa itu apa, sandiwara?...."


Marchel sontak menatap lekat manik Zelia yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. "Wanita ini pintar juga..." Batinnya.


"Jawabannya ya hanya sandiwara, perasaanku sudah diisi oleh wanita lain jadi tidak bisa mencintai kakakmu..." Jawab Marchel.


Zelia terdiam ada rasa sakit di hatinya saat lelaki itu berucap mencintai wanita lain. "Oke....."


Bersambung....


Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html

Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  10


"Jika hanya sandiwara berarti pernikahan kalian tidak akan berlaku untuk selamanya?." Tanya Zelia kembali.


"Hmmm..."


Zelia berdiri dari duduknya. "Wanita yang kau cintai itu beruntung s3kali Marchel, sebelum terlambat atau kau akan menyakiti hati wanita yang dicintaimu itu segera akhiri saja pernikahanmu dengan kakakku. Takutnya nanti Putri mulai mencintaimu padahal hatimu sendiri milik orang lain..."


Setelah berucap Zelia melangkah pergi meninggalkan kamar Marchel menuju kamarnya.


Marchel hanya diam saja sambil menikmati kopi di tangan. "Apa dia sangat menyayangi kakaknya itu?." Batin Marchel.


Sementara Zelia, ia duduk termenung di pinggir ranjang pikirannya menerawang jauh kemana-mana. Marchel dan Putri suatu waktu pasti bercerai, lelaki itu sendiri sudah mencintai seorang wanita.


"Kai lo menyukai sosok lelaki yang kehidupan pribadinya rumit s3kali!..." Frustasi Zelia ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.


"Terus gimana dengan hati gue yang menginginkannya juga?..."


"Ah ya ampun!...." Zelia dibuat pusing memikirkannya.


Tidak lama Zelia menyunggingkan senyum tipis, ia kembali bangun dari tidurnya. "Marchel mulai terbuka kepadaku, berarti ini celah aku bisa mendekatinya?.."


"Ya benar! selagi dia belum cerai dengan kak Putri aku akan terus mendekati Marchel, walaupun setelah cerai nanti mungkin aku harus merelakannya untuk wanita yang dicintainya itu..."


"Tak peduli masalahnya apa, yang penting berusaha dulu..." Semangat Zelia.


Zelia geli sendiri dengan dirinya, ia layaknya tergila-gila pada Marchel tanpa mempedulikan situasi juga rasa malu. Biasanya kebanyakan lelaki yang mengejar cinta Zelia s3karang Zelia malah berencana mengejar cinta dari satu pria.


...***...


Keesokan paginya...


Setelah selesai sarapan, Zelia dan Marchel kembali melanjutkan perjalanan itu.


"Kau mau tinggal sementara di mana? di rumah papa mama atau di apartemenku?." Tanya Marchel tanpa menatap Zelia ia fokus menyetir.


"Jika di rumah om Saputra sepertinya aku malu apalagi sama tante, ikut di apartemenmu saja jika kau tak keberatan."


"Oke, apartemenku jua memiliki 3 kamar.."


"Oke..." Balas Zelia.


"Kenapa kau harus malu? mama pasti senang jika bertemu denganmu.." Tanya Marchel sengaja.


Zelia memutar mata malas. "Aku kan pernah menolak dijodohkan denganmu!.."


Marchel hanya diam saja seperti biasa lelaki itu tampak acuh.


"Cih dingin s3kali..." Batin Zelia ia s3kilas tersenyum.


S3kitar 3 jam lebih di perjalanan, mobil hitam Marchel memasuki parkiran gedung bertingkat itu. Marchel turun diikuti Zelia, mereka melangkah menuju lift dengan koper masing-masing.


Sampailah di lantai 35 lift berhenti, Zelia mengikuti langkah Marchel yang berjalan di depannya.


Mereka berdua pun memasuki apartemen itu.


"Aku berduaan di ruangan besar ini dengan seorang pria, yang benar saja? tapi gak papa.." Batin Zelia merasa takut juga canggung dalam waktu bersamaan.


"Itu kamar untukmu..." Tunjuk Marchel.


"Oke...." Jawab Zelia sambil membawa kopernya memasuki kamar.


Marchel hanya menatap lekat punggung Zelia, setelah wanita itu masuk kamar, Marchel juga memasuki kamarnya sendiri.


Perjalanan panjang membuatnya sedikit kelelahan, Marchel mengganti bajunya dengan kaos dan celana pendek. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Sebentar saja..." Gumamnya.


Sementara itu, Zelia melihat s3keliling apartemen Marchel yang menyatu dengan alam. Inspirasi mengenai fashion muncul dalam benak Zelia.


Zelia berjalan perlahan menghampiri kolam di sana, angin sepoi-sepoi membuatnya nyaman berada di apartemen tersebut.


Ia memainkan air kolam dengan kaki jenjangnya yang putih mulus itu.


Mata biru Marchel terbuka saat terdengar air dari kolam, lelaki itu bangun dari tidurnya keluar kamar untuk melihat.


Marchel terdiam ketika melihat pemandangan itu, hanya sedikit dari tubuh Zelia yang tak terekspos. Adik iparnya itu tampak cantik juga sexy saat mengenakan baju yang dikenakan.


"Kenapa dia mengenakan pakaian seperti itu di siang hari?." Batin Marchel yang tak lepas menatap Zelia.


Bersambung....


Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html



Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”

Part.  11

Zelia balik badan ia merasa ada yang memperhatikannya dari kejauhan, dan benar saja tatapan mata biru Marchel tertuju kepadanya.


"Oh hai! boleh kan tidak masalah?." Tanya Zelia.


"Apakah tidak ada pakaian lain?..."


Zelia s3ketika melihat tubuhnya. "Memangnya kenapa? aku sering berpakaian seperti ini jika sedang bersantai.."


Tidak ada jawaban dari Marchel lelaki itu hanya menatapnya saja.


Zelia tak peduli ia kembali menikmati waktu bersantainya itu sebelum disibukkan dengan pekerjaan.


Jika dipikir-pikir menurut Zelia mereka berdua layaknya sepasang suami istri yang sedang honey moon. "Apa kak Putri pernah dibawa ke sini?." Tanyanya kepada diri sendiri.


"Sepertinya tidak..." Zelia menyayangkan.


"Ah aku tak peduli.."


Saat bersantai Zelia mencium aroma masakan dari dalam apartemen, sangat wangi s3kali membuat perut wanita itu terasa lapar. "Apa lelaki itu sedang masak?."


Zelia sontak memasuki apartemen besar itu ia berjalan menuju dapur, rupanya benar Marchel sedang berkutat dengan alat dapur. Mendapati itu Zelia tersenyum. "Kau bisa memasak?."


Marchel menoleh kepada Zelia yang sudah berada di sampingnya. "Hmmm..."


"Aku akan membantumu..." Lirih Zelia seraya mengikat rambut panjangnya sehingga leher jenjang putih mulus itu terekspos.


Marchel terdiam melihat pemandangan itu tanpa sadar ia menelan salivanya.


Zelia mengambil pisau dari tangan Marchel ia melanjutkan mengiris wortel di talenan, tentu saja posisi Zelia sedikit membungkuk bahkan belahan dadanya terlihat.


Marchel memijit keningnya mendapati itu sambil ses3kali mengatur nafas, lengan kekarnya merebut pisau dari Zelia. "Ganti baju dulu jika ingin membantu!..."


"Apa ada masalah?." Tanya Zelia sambil mengerutkan kening.


"Dadamu..." Jawab Marchel tanpa basa-basi.


Mata Putri Zelia sedikit membulat ia sontak menutupi bagian yang dimaksud. "Kau dari tadi melihatnya!..."


Marchel terlihat kikuk. "Aku tak sengaja maka dari itu cepat ganti baju dengan yang tertutup!.."


"Aku hanya membawa baju untuk bersantai dan bekerja, masa masak seperti ini pakai baju kantoran yang benar saja Ka?." Timpal Zelia. "Fokus saja jangan melihatku..."


"Maksudku bukan begitu, ck!..."


Marchel berlalu dari dapur ia memasuki kamarnya tidak lama lelaki itu keluar membawa kaos di tangan. "Ganti pakai ini!.."


Zelia terdiam ia mengambil kaos itu dari tangan Marchel, Zelia kembali dari kamar menggunakan kaos yang dipinjamkan oleh kakak iparnya.


"Kamu duduk saja sebentar lagi selesai..." Ucap Marchel.


"Oke...."


Zelia duduk di kursi sambil tatapan matanya tak lepas dari Marchel, lagi-lagi Zelia teringat perasaannya yang mencintai juga mengagumi lelaki itu. "Marchel...."


"Hmmmm?.." Balas lelaki itu tanpa balik badan.


"Kalau aku menyukaimu bagaimana?..."


Lengan kekar Marchel terlihat berhenti mengaduk masakan setelah mendengar ucapan Zelia, ia melihat wanita yang berada di belakangnya itu. "Tak mungkin..."


Setelah itu Marchel fokus kembali memasak.


"Hah? reaksi macam apa itu?." Batin Zelia dengan mulut sedikit menganga.


"Aku tahu kau sedang lapar jadi jangan banyak becanda!.." Ujar Marchel dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasanya.


"Apa aku terlihat sedang becanda?." Balik tanya Zelia.


"Hmmm...."


"What???..." Batin Zelia bertanya-tanya.


Jika pria lain pasti sudah menjerit sejadi-jadinya karena bahagia bisa disukai oleh wanita seperti Zelia, sedangkan Marchel tampak biasa-biasa saja karena itu menurutnya hanya candaan efek lapar.


Marchel menaruh masakan di meja makan juga menata yang lainnya. "S3karang ayo isi perutmu..."


"Aku menyukaimu Marchel...." Ucap kembali Zelia sambil menatap intens wajah lelaki itu.


Marchel membalas tatapan mata Zelia. "Kai, makan....."


Bukannya patuh Zelia malah menopang dagunya sambil menatap lekat Marchel. "Aku tidak becanda walaupun memang sedang lapar..."


"Kau adik iparku..."


"Ya aku tahu kau juga kakak iparku...." Balas Zelia.


"Ya jika becanda pun ucapanmu tadi tidak lucu Kai..." Ucap Marchel.


"Sudah ku bilang aku tidak becanda, harus dengan apa aku membuktikannya agar kau percaya?."


Marchel meletakkan sendok di tangannya ia menatap lekat wajah cantik wanita itu. "Kau masih kecil..."


"Aku sudah 23 tahun hanya terpaut dua tahun saja denganmu, memang apa yang kau inginkan?.." Jawab Zelia lantang.


Terdapat senyum tipis dari ujung bibir Marchel. "Pemberani s3kali...."


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html



Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  12


"Maksudmu?." Tanya Zelia yang masih tak mengerti ucapan Marchel.


Marchel menghela nafas disela makannya. "Makan Kai...."


"Oke oke.." Balas Zelia terpaksa, Marchel layaknya seorang ayah yang sedang mengasuh anaknya saat ini.


Melihat Marchel yang tenang tanpa berekspresi lain membuat Zelia merasa malu akan ulahnya tadi, wanita itu menggigit bibir bawahnya, Zelia merasa harga diri turun setelah menyatakan cinta secara tiba-tiba kepada Marchel.


Marchel menyadari perubahan mood Zelia. "Dulu seharusnya jangan menolakku jika kau akan jatuh cinta seperti ini.."


"Percuma saja jika aku yang menikah denganmu, toh hatimu sendiri dimiliki wanita lain bukan?." Timpal Zelia.


Marchel terdiam ia hanya menatap lekat wanita di depannya itu.


Mereka kembali melanjutkan makan siang hingga selesai, setelah selesai cuci piring Marchel hendak memasuki kamarnya. "Jangan keluar apartemen tanpa izin dariku Kai, om Anton menitipkanmu padaku!.."


Tidak ada jawaban dari Zelia wanita itu terlihat fokus dengan handphonenya.


"Kai??..." Ulang Marchel.


"Hmmm?."


"Apa kau mendengar ucapanku barusan?..." Tegas Marchel.


Barulah Zelia menatap lelaki itu. "Ya aku tahu.."


Setelah Zelia berucap Marchel hendak melangkah memasuki kamar.


"Marchel aku menyukaimu..." Ujar Zelia lagi sambil tersenyum ia menopang dagunya melihat reaksi dari Marchel.


Langkah Marchel terhenti mendengar kata-kata itu, tidak ada reaksi darinya ia hanya menatap Zelia s3kilas setelahnya memasuki kamar dengan wajah datar seperti biasa.


Zelia menjatuhkan tubuhnya lemas di kursi. "Apa aku terlihat becanda Marchel?." Batinnya frustasi.


Dengan tubuh lunglai Zelia memasuki kamarnya juga, ia menghubungi Najwa dan Anindi melalui video call.


"Gimana lancar? kenapa tuh muka Kai?." Tanya Anindi dari seberang.


"Iya lemes banget.." Timpal Najwa.


Zelia menceritakan semua yang dia lakukan terhadap Marchel juga bagaimana reaksi lelaki itu terhadapnya.


"Gue udah gak punya harga diri ngemis-ngemis cinta dari tuh laki..." Frustasi Zelia.


"Hanya itu ekspresi Marchel?." Tanya Anindi.


"Ya diem kayak orang bisu..."


"Dia diem juga gak ngelarang lo buat terus bilang suka loh Kai, kan Marchel orangnya dingin ya maklumlah..." Timpal Najwa.


Zelia menghela nafas panjang. "Iya sih...."


"Emang kelihatannya gak gampang dapetin tuh cowok, apalagi kata lo Marchel hatinya sudah dimiliki wanita lain. Tapi menurut gue lo mending tanyain siapa wanita yang dicintainya itu..." Ujar Anindi.


Zelia sontak menggeleng. "Gue bukan ingin ceweknya Yun..."


Terdengar Anindi terkekeh akan ucapan sahabatnya. "Oke oke.."


"S3karang gue harus gimana bingung banget..." Tanya Zelia.


"Lanjut aja!..." Serentak Najwa dan Anindi.


"Kita kan gak tahu hati Marchel bagaimana, lo juga baru sehari berjuang mendekatinya. Ditarget aja Kai jika dalam satu bulan tidak ada reaksi apapun udah stop jangan lanjutkan, gue gak mau lo sakit hati ke depannya!.." Ujar Najwa.


"Oke tapi s3karang gue harus pake cara apa?." Tanya Zelia masih kebingungan.


"Sedikit ektrim..." Timpal Anindi.


"Maksudnya?."


"Lo pancing Marchel dengan ikuti saran dari gue, coba aja Kai lihat nanti reaksinya. Biasanya cowok bakal luluh jika seperti itu..."


Zelia terdiam mendengar perkataan kedua sahabatnya yang memberi saran. "Oke nanti gue coba..."


"Jangan deg-degan tenang Kai, gue tau lo pasti bisa..." Timpal Najwa.


"Oke...."


Tidak lama akhirnya panggilan itu berakhir, Zelia merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Jika aku seperti itu apa Marchel akan berekspresi lain?." Tanya Zelia yang tak yakin.


"Kita lihat saja nanti...."


Sore tergantikan dengan malam.....


Zelia menyiapkan pakaian kerja untuk besok pergi ke perusahaan Saputra, setelah selesai ia melihat pantulan dirinya di cermin besar. "Apa ini terlalu ekstrim?."


"Ah tidak hilangkan keraguanmu Kai!...."


~


Marchel keluar dari kamar mandi ia hanya mengenakan handuk sepaha memperlihatkan bentuk tubuh atletisnya yang kekar.


Butiran air masih melekat ditubuhnya itu, Marchel mengacak-acak rambut yang masih basah.


Tok tok tok tok!...


Marchel melirik ke arah pintu yang diketuk, lelaki itu meletakkan handuk di meja setelahnya berjalan menghampiri pintu.


Cklek....


Terlihat Zelia tersenyum ke arah Marchel, wanita itu mengenakan pakaian seperti yang dipakai tadi siang tetapi s3karang lebih mengekspos lebih tubuh Putrinya itu.


"Ada apa Kai?."


"Sepertinya aku akan terus mengatakan ini kepadamu..." Ucap Zelia sambil mendekati telinga Marchel.


"Aku menyukaimu...."


Setelah berbisik Zelia mencium lembut dagu Marchel... Tentunya lelaki itu membulatkan matanya.


Dalam satu tarikan Marchel menarik tubuh Zelia masuk ke dalam kamarnya. "Akh!..." Zelia terkejut saat tubuhnya sudah mengenai tembok akibat ulah Marchel yang mendorongnya sedikit kasar bahkan tubuh lelaki itu mengunci pergerakan Zelia.


"Kai, apa kau sadar? perbuatanmu ini benar-benar membahayakan...."


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html



Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  13


Tidak ada jawaban dari Zelia ia hanya menatap lekat wajah tampan Marchel. "Aku tahu maksud membahayakan yang diucapkan mu Marchel, tapi jika sudah seperti ini aku harus bagaimana?." Batin Zelia menjadi gelisah akan ulahnya sendiri.


"Kau mendorongku terlalu keras!..." Ringis Zelia menahan sakit di punggungnya.


Marchel menatap tajam Zelia ia menarik dagu wanita itu agar menatapnya. "Lain kali lihat waktu!..."


Zelia mengerutkan kening ia kebingungan dengan ucapan Marchel. "Maksudmu?."


Bukannya menjawab Marchel mengambil sweater dari lemari, ia memakaikannya pada tubuh Zelia. Seperti biasanya wajah lelaki tampan itu terlihat dingin, telunjuk Marchel menempel di bibir Zelia. "Sssst, kau diam di kamarku jangan kemana-mana sebelum aku kembali lagi ke sini!.."


"Oke...."


Dari luar kamar terdengar suara lelaki memanggil nama Marchel, Zelia akhirnya mengerti maksud kakak iparnya itu.


Zelia melotot ia sontak memutar badan saat Marchel hendak berganti pakaian di depannya. "Kamar mandi masih ada kenapa harus di sini?." Pekik Zelia.


Marchel tak menjawab hanya acuh seperti biasa, setelah berpakaian ia keluar kamar meninggalkan Zelia di sana.


Barulah Zelia bisa bernafas lega, karena ia penasaran siapa yang datang Zelia mengintip dari lubang pintu. Terlihat seorang lelaki sedang mengobrol dengan Marchel membicarakan hal penting. "Mungkin tentang pekerjaan...."


Zelia berjalan menghampiri kasur ia merebahkan tubuhnya di sana. "Ah aku tidak nyaman melakukan ini.... Seperti wanita murahan saja..." Lirihnya sambil memijit kening.


"Bagaimana reaksi Marchel? dia tadi terkejut melihat penampilanku juga ulah gilaku, ah ya Tuhan....." Lemas Zelia memikirkan adegan tadi, rasanya ia ingin menghilang dari muka bumi ini.


"Bagaimana tidak terkejut coba?.." Zelia menggigit bibir bawahnya kesal.


Cklek....


Pintu dibuka masuklah Marchel ke dalam, Zelia sontak bangun dari tidurnya itu.


"Eeeeh untuk yang tadi anggap saja angin lewat, sangat memalukan memang tapi tolong lupakan Marchel. Akal sehatku sedang kumat..." Ujar Zelia sambil tersenyum.


Tidak ada jawaban dari lelaki itu, Marchel hanya menatap wajah Zelia yang tak berani menatapnya.


"Apa kau selalu seperti itu jika menyukai seseorang?."


Ucapan Marchel sedikit menyakitkan namun dia berkata seperti itu juga tidak ada salahnya.


"Tentu tidak!!..." Tegas Zelia. "Ini pertama kalinya bagiku, aaaaarrggh lupakanlah..."


"Kalau begitu s3karang kau mau kemana?." Tanya Marchel ia menyenderkan bahunya pada lemari besar sambil menatap Zelia.


"Ya kembali ke kamar mau apalagi?..."


"Sweater ku?..." Tanya Marchel sambil menatap tubuh Zelia.


"Aku tidak mungkin membukanya di sini, dipinjam dulu..." Zelia tersenyum seraya hendak melangkah pergi.


"Kau tadi masuk ke sini tanpa penutup lain...."


Zelia sontak balik badan menatap malas Marchel. "Jangan menggodaku, nanti juga dikembalikan!.."


"Aku tidak menggodamu..."


"Ya barusan?..." Balik tanya Zelia.


"Hanya bicara..." Ujar Marchel dengan entengnya.


Zelia sengaja tersenyum lebar menutupi emosi. "Apa tidak salah aku menyukai lelaki dingin seperti dia?..." Batinnya kesal.


"Jangan mengumpatku, Kai..."


"Hah??..." Zelia terkejut apa lelaki di depannya ini bisa mendengar kata hati?.


"Tidak!.." Tegas Zelia seraya pergi meninggalkan kamar Marchel menuju kamarnya.


Terdapat senyum menyeringai dari sudut bibir lelaki itu. "Untung saja Sandi datang jika tida..." Marchel terdiam pikirannya menerawang kemana-mana. "Ah sudahlah...."


Dalam waktu bersamaan handphone Marchel berdering, ia melihat siapa yang menghubungi rupanya itu panggilan dari Putri.


Malas s3kali rasanya tapi harus bagaimana lagi. "Hallo ada apa?"


"Uangku habis, bisa transfer lagi? ada brand terbaru dari Dior aku menginginkannya..." Ucap Putri dari seberang sana.


"Kau tidak sepenuhnya tanggung jawabku..." Datar Marchel.


"Setidaknya kau memiliki amal karena menafkahi istri sendiri.." Ketus Putri.


"Ini hanya sandiwara..."


"Kau sendiri tidak pernah melayaniku sebagai suami.." Lanjut Marchel tanpa basa-basi.


Putri menelan salivanya setelah Marchel melontMarcheln kata-kata itu, nada bicara Marchel terkesan menakutkan apalagi jika Marchel tahu hubungan Putri dan Agus di belakang seperti apa.


Tanpa bicara lagi Putri langsung mengakhiri panggilan. Marchel menatap layar handphonenya. "Apa wanita ini cemas lagi karena membahas tentang hak suami?..." Tanya Marchel.


"Ah aku tak peduli..."


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html


Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  14


Saat Marchel hendak keluar kamar handphonenya kembali berdering, ia berdecak s3kilas sambil memutar badan. "Apalagi Putri......"


Marchel melihat layar handphone rupanya bukan panggilan dari Putri melainkan papa Anton mertuanya. "Ya hallo pah..."


"Marchel papamu bilang kalian berdua tidak menginap di rumah Saputra, s3karang dimana?." Ujar Anton dari seberang.


Marchel dibuat gelagapan takutnya papa mertua berfikir kemana-mana. "Tadinya Zelia mau dibawa ke rumah mereka, tapi Zelia menolak jadi kita berdua menginap di apartemen, apartemenku sendiri pah.."


"Apartemenmu?." Ulang Anton.


"Iya... Apa Zelia belum memberi tahu?."


"Belum Marchel, makanya papa tanya sama kamu..." Jawab Anton.


Marchel hanya manggut-manggut saja.


"Apa Zelia merepotkanmu di sana?."


"Tidak..."


"Oke, tolong jaga Zelia ya papa titip sama kamu.." Lanjut Anton.


"Tenang saja.."


"Terimakasih Marchel..." Ucap Anton.


"Ya pah.."


Panggilan pun berakhir..


Marchel melempMarcheln handphone ia baru bisa bernafas lega setelah panggilan selesai. Rasanya berdebar layaknya Marchel membawa kabur seorang gadis ke penginapan lalu terciduk papanya. "Aaahh khayalanku kejauhan...."


Lelaki itu keluar kamar s3kilas menatap kamar sebelah yang hening. "Apa wanita ini sudah tidur?."


Dilihat jam dinding baru menunjukkan pukul 07:35 malam. "Sepertinya belum..."


Marchel tak peduli ia melangkah menuju dapur berkutat dengan bahan makanan untuk makan malam mereka berdua.


Tidak lama makanan sudah tertata rapi di meja makan, Marchel melirik kamar Zelia yang tak kunjung terbuka. Lelaki itu mengirim pesan lewat handphone kepada Zelia untuk menyuruhnya makan.


Sambil mengeringkan rambut dengan handuk, Zelia melihat pesan masuk pada handphonenya. "Ck, dekat-dekat ngomong lewat pesan!.."


Setelah berpakaian usai mandi, Zelia keluar kamar melangkah menuju dapur. Di meja makan terlihat Marchel menatap Zelia yang berjalan tanpa ekspresi seperti biasa.


"Ah, tatapan itu membuatku tak nyaman s3kali.." Batin Zelia seraya duduk.


Zelia tersenyum s3kilas sebelum melahap makanan, ia ses3kali melirik ke arah Marchel yang masih menatapnya. "Kenapa kau masih menatapku begitu?..."


"Apa yang kau lakukan?.." Ujar Marchel dengan tatapan mengintimidasi Zelia.


"Makan..."


"Ck, selama di kamar!..." Timpal Marchel.


"Apa aku harus memberitahu kegiatan wanita kepadamu?." Balik tanya Zelia.


"Kenapa kau belum memberitahu om Anton bahwa kau menginap di apartemenku?."


"Ah itu..." Zelia meletakkan sendoknya.


"Kenapa?.."


"Hanya belum saja nanti aku akan bicara.." Balas Zelia.


"Cepat bicara dengannya, aku tidak mau dia berfikir sesuatu terhadap kita!.." Tegas Marchel sambil menatap tajam Zelia.


"Oke..." Jawab malas Zelia.


Setelah bicara Marchel melahap makanan, kini Zelia yang menatap lekat wajah tampan lelaki itu. Tatapan mata Putri Zelia tertuju pada bibir Marchel terlihat lembut dan sexy s3kali, Zelia menelan salivanya ia bahkan menutup bibir akan pikirannya yang menerawang jauh kemana-mana.


"Kenapa saat dia menggigit makanan terlihat sexy s3kali?..." Batin Zelia frustasi bahkan dalam benaknya kue yang digigit Marchel adalah bibirnya.


BRAK!!...


"Ini gila!..." Pekik Zelia menggebrak meja, ia sudah tak tahan dengan otaknya.


Terlihat Marchel syok akan ulah Zelia. "Apanya yang gila!."


Zelia tersenyum lebar. "Tidak ada, lanjut saja jangan terganggu karena diriku.."


Marchel mengerutkan keningnya tak mengerti ucapan Zelia, namun lelaki itu acuh kembali seperti biasa melanjutkan makan malam.


Setelah selesai makan mereka berdua melangkah menuju kamar masing-masing.


"Besok jam 7 kita sudah berangkat ke perusahaan! jangan telat..."


"Oke..." Balas Zelia.


Saat Marchel hendak memasuki kamar Zelia menahan lengan kekar lelaki itu. "Seperti biasanya, aku menyukaimu, good night..." Lirih Zelia seraya tersenyum.


"Berhenti mengucapkan kata-kata itu..." Ujar Marchel.


"Itu hakku..." Acuh Zelia tak peduli, nyatanya hatinya selalu tenang setelah mengungkapkan perasaan yang dipendam.


Marchel terdiam. "Ck wanita ini! apa dia sadar akan ulahnya yang mengkhawatirkan?...." Batin Marchel sambil menatap lekat Zelia.


Zelia tak peduli ia hendak memasuki kamarnya, tiba-tiba... PESSS!!!, ruangan s3ketika gelap gulita karena mati lampu.


"Aaakkhh ya ampun!..." Panik Zelia jantungnya berdebar kencang ia sangat lemah akan kegelapan.


Marchel mengetahui jika Zelia takut kegelapan dari mama Nayla, ia sontak meraba s3kitar. "Kai? aku di depanmu..."


Lengan Marchel berhasil Zelia raih, wanita itu langsung memeluk Marchel karena ketakutan juga panik yang luar biasa, terdengar s3kali oleh Marchel akan nafas Zelia yang memburu.


Marchel menarik pinggang Zelia erat bahkan tidak ada jarak diantara keduanya, lelaki itu berniat mengantMarcheln Zelia ke kamarnya.


"Eh ini.... Lenganmu terlalu erat..." Ujar Zelia terbata ia merasa dadanya terlalu rapat dengan tubuh kekar Marchel.


"Jika kau tak ku peluk bagaimana masuk kamar!.." Tegas Marchel tak mau dibantah.


Zelia s3ketika terdiam, ia merasakan hawa panas dalam tubuhnya akan posisi mereka berdua.


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html


Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  15


Zelia memeluk erat Marchel ia membenamkan wajahnya di dada bidang lelaki itu, mencoba tenang dengan ruangan yang tampak gelap gulita.


"Bukankah kau tadi bawa handphone?." Tanya Zelia.


"Di meja makan aku lupa membawanya.." Jawab Marchel, akhirnya ia menemukan gagang pintu kamar Zelia.


"Ambil dulu handphone-mu.."


"Ck, jangan banyak bicara masuk dulu ke kamar dari sini ke dapur lumayan jauh!." Timpal Marchel tak mau dibantah.


Zelia patuh saja tidak berani bicara lagi. "Ah ya ampun kenapa harus mati segala...." Lirihnya lemas.


Marchel perlahan memasuki kamar dengan hati-hati, ia dapat merasakan deru nafas Zelia yang teratur menerpa lehernya.


"Kenapa langkahmu henti?." Tanya Zelia saat Marchel tak melanjutkan langkah.


"Ini sudah di tepi ranjang, tidurlah..."


"BenMarchelh?." Tanya ulang Zelia.


"Hmm, dimana handphone-mu cepat nyalakan senternya!."


"Eh bentar aku lupa meletakkannya di mana.." Balas Zelia melepaskan pelukan, ia sontak meraba-raba s3kitar ranjang.


"Ck!..." Marchel berdecak.


"Ya sabar ini juga lagi nyari..."


Marchel diam saja tak berucap lagi...


"Ah ini dia!..." Zelia lega menemukan handphonenya ia sontak menyalakan senter, tampaklah ruangan terang walaupun tak seterang lampu biasanya.


"Antar aku ke dapur Kai..." Ujar Marchel sambil menatap Zelia dari belakang.


"Oke oke..."


Mereka berdua melangkah menuju dapur, Marchel mengambil handphonenya setelah itu mereka kembali melangkah menuju kamar.


Bukannya masuk kamar Zelia malah mengikuti Marchel yang hendak memasuki kamarnya.


"Kenapa masih mengikutiku?.."


"Kau sudah tahu aku tidak bisa sendirian jika dalam keadaan gelap seperti ini!..." Timpal Zelia.


Marchel terdiam ia menatap lekat wajah cantik Zelia yang tampak lemas berkeringat. "Wanita tidak boleh memasuki kamar laki-laki..."


"Aku sendiri juga tidak mau di sini hanya ada kamu! siapa lagi?..." Balas Zelia. "Lagian kau juga kakak iparku tidak akan melakukan apapun..."


Marchel membuang nafas berat ia merasa tak tega melihat Zelia s3karang, tanpa berbicara lelaki itu menarik tangan Zelia memasuki kamarnya. "Di kamarmu saja..."


Zelia merasa lega setidaknya ia bisa tidur ditemani Marchel, wanita itu menaiki ranjang dan berbaring di sana. "Apa kau akan seperti itu menatapku dari sofa?."


Tidak ada jawaban dari Marchel ia hanya acuh dingin seperti biasanya. "Tidurlah aku akan tidur di sini..."


"Cih padahal kau bisa naik ke atas kasur ini masih luas.." Timpal Zelia.


"Cukup Kai jangan berlebihan!.."


Zelia mengerutkan kening tak mengerti maksud lelaki itu. "Aku tidak berlebihan hanya bersikap baik, kenapa kau tampak sensitif s3kali?."


"Jangan memancing!.." Tegas Marchel sambil menatap tajam Zelia.


"Haish ada apa dengan lelaki dingin ini?." Batin Zelia kesal.


"Oke oke..." Zelia menarik selimut ia memejamkan mata Putrinya, karena sudah mengantuk wanita itu tidak lama terlelap.


Marchel melangkah memastikan Zelia, tampak wajah cantiknya tenang saat terlelap. Terdapat senyum menyeringai dari sudut bibir Marchel. "Adik ipar?." Tanyanya pelan pada diri sendiri.


Setelah memastikan Zelia benar-benar terlelap, Marchel meninggalkan kamar itu menuju kamarnya. Ia tidak mungkin tidur satu kamar dengan Zelia walaupun tidak akan terjadi sesuatu tapi itu tetap tidak mungkin..


***


Dering alarm membangunkan Zelia, wanita itu sontak bangun dari tidurnya sambil celingak-celinguk. "Dimana Marchel?..."


"Ah mungkin dia sudah pPutri kamar..."


Karena hari ini ia akan menjalankan proyek di perusahaan besar Saputra, Zelia sontak membersihkan diri untuk bersiap-siap ke kantor dengan Marchel.


Setelah selesai bersiap-siap, Zelia membawa tas yang diperlukan sambil berjalan keluar kamar menuju dapur. Benar saja Marchel sudah menunggunya untuk sarapan.


Mereka berdua sarapan bersama, setelahnya berlalu pergi membelah jalanan raya menuju perusahaan besar Saputra.


Marchel membawa Zelia menuju ruangan CEO utama perusahaan itu alias papanya, di sana sudah terlihat Saputra juga s3kretarisnya Sandi.


Zelia sontak memberi salam hormat kepada Saputra dan Sandi. "Senang bertemu dengan om juga kak Sandi.."


"Ah Zelia kau ternyata lebih cantik dari foto nak.." Ujar Saputra.


Zelia hanya tersenyum malu.


"Setelah selesai dari perusahaan mampir ke rumah, Maya pasti senang bertemu denganmu Kai..." Lanjut Saputra.


"Iya om..."


"Papa saja jangan om kakakmu sudah jadi putri papa..."


"Oke pah..." Sungkan Zelia.


"Sandi yang akan membantumu akan proyek fashion ini, papa tinggal sebentar ke bawah klien dari Tionghoa sudah sampai.." Ucap Saputra.


"Baik pah..."


Saputra berlalu pergi sehingga dalam ruangan itu hanya tersisa Zelia, Marchel dan Sandi...


"Hai Zelia senang bekerja sama denganmu.." Ujar Sandi sambil membawa sebuah map lalu duduk di samping wanita itu.


"Ah iya.." Balas Zelia.


Marchel hanya menatap datar ke arah mereka berdua yang duduk di hadapannya.


"Ka adik ipar lo perpect banget kenapa baru dibawa ke sini s3karang?." Ujar Sandi kepada sahabatnya tanpa basa-basi.


Mendengar itu Zelia hanya tersenyum canggung.


"Cepat lakukan pekerjaan ini, jangan banyak tanya!.." Tegas Marchel.


"Haish..." Lirih Sandi kesal dengan sikap dingin sahabatnya.


Sandi membuka map itu, ia menjelaskan proyek dari awal sampai akhir kepada Zelia. Tentunya Zelia jika sudah mode pekerjaan akan serius memahami juga bertanya yang tak dipahami.


Marchel menatap tajam ke arah mereka berdua yang fokus, terlihat s3kali Sandi mengagumi kecantikan Zelia dari dekat.


Tring! tring!... Pesan masuk dari handphone Zelia. "Sebentar ada pesan.." Ujar Zelia kepada Sandi.


"Oke..."


Zelia mengangkat satu alisnya pada Marchel setelah membaca pesan dari lelaki itu. "Aku ke ruang baca sebentar.."


"Silahkan.." Jawab Sandi..


Zelia memasuki ruang baca di ruangan itu, tidak lama Marchel mengikuti langkahnya bahkan menutup pintu ruang baca tersebut setelah Zelia masuk.


Sandi mengerutkan kening. "Tunggu?..."


Bersambung....



Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”

Part.  16

Cara menutup pintu Marchel terlihat ambigu bagi siapa saja yang melihat pasti tak bisa berpikir jernih termasuk Sandi. "Kenapa Marchel ikut masuk juga ke sana?."


Sementara itu...


Zelia menatap Marchel yang berjalan ke arahnya, ada raut wajah menakutkan dari lelaki itu. "Apa ada hal penting sehingga kita harus berduaan di sini?, cepatlah katakan Sandi pasti menunggu.." Ujar Zelia.


Marchel mengambil remote ia menekan tombol di sana sehingga pintu ruangan itu terkunci otomatis, sontak saja Zelia menatap bergantian pintu juga Marchel dengan wajah penuh tanda tanya.


"Tunggu kenapa dikunci?.."


Marchel menatap tajam wajah Zelia dalam jarak yang begitu dekat. "Bekerjalah secara professional, selesaikan proyek ini dengan cepat kita harus pulang aku ada pekerjaan lain di kantor pusat!!..."


"Ah itu.... Kau bisa pulang duluan jika pekerjaanku mengganggu pekerjaanmu, nanti cari taksi atau yang lain saja." Balas Zelia.


Terlihat Marchel menggertakan rahangnya. "Om Anton menitipkanmu padaku!.." Datar Marchel.


Terlihat Zelia memutar mata malas. "Mendesain fashion butuh waktu yang lama. Ini juga demi perusahaan tidak bisa pergi begitu saja.."


"Ck!!..." Marchel memijit pusing keningnya.


"Gak papa kau pergi saja ke kantor pusat, sudah kubilang aku bisa pulang sendiri.." Jelas Zelia lagi.


Tidak ada jawaban dari Marchel lelaki itu hanya memasang wajah datarnya saja, lengan Marchel menekan tombol remote sehingga pintu itu otomatis terbuka kembali kuncinya. "Lakukan saja pekerjaanmu aku akan menunggu!.."


"Oke..." Balas Zelia seraya keluar ruangan. "Ada apa dengan mood lelaki itu? ah sudahlah..." Batin Zelia yang masih keheranan.


Ia kembali menghampiri Sandi. "Mari kita lanjutkan..."


Sandi celingak-celinguk. "Dimana Marchel?."


"Di sana.." Tunjuk Zelia.


Sandi terkejut dengan tatapan tajam sahabatnya yang terlihat mengintimidasi. "Haish...."


"Baiklah ikuti aku Kai..." Ucap Sandi seraya berdiri diikuti Zelia.


Zelia diajak bertemu dengan para designer perusahaan Saputra, ia menuangkan idenya untuk perancangan fashion show dengan tema adat tradisional India.


"Aku sudah memilih warna dan kain khusus, kalian tinggal merancangnya.." Ujar Zelia setelah mengatur segalanya.


"Baik..."


Zelia dan Sandi kembali ke ruangan CEO utama, terlihat Marchel langsung pamit kepada Saputra untuk kembali ia sendiri ada pekerjaan di kantor pusat.


"Sayang s3kali, baiklah kalian hati-hati.." Ujar Saputra.


"Ya pah..."


Zelia berpamitan setelahnya ia melangkah pergi bersama Marchel menuju lift, sesampainya di parkiran mobil Marchel melaju membelah jalanan raya.


Marchel mampir di sebuah restoran untuk makan siang, Zelia hanya patuh saja menikmati waktunya itu.


"Kai apa itu kau?..." Teriak seseorang saat melihat Zelia makan di restoran.


Zelia dan Marchel menoleh ke arah sumber suara. "Najwa?..."


Najwa sontak saja menghampiri sahabatnya itu. "Ya ampun Kai ternyata lo di kota ini juga?."


"Iya Sin..." Kekeh Zelia.


"Udah makannya?..."


"Udah baru saja..."


Najwa melirik ke arah Marchel, ia kagum dengan wajah tampan blasteran itu. "Hai..."


Marchel hanya mengangguk saja, Najwa tak masalah dengan itu ia sudah tahu dari Zelia.


Handphone Marchel berbunyi ia sontak membaca pesan masuk. "Ayo pulang aku sibuk di kantor pusat..."


"Pergilah aku sama Najwa sudah lama tidak bertemu..." Ujar Zelia.


"Tenang saja Zelia ku antMarcheln lagi.." Timpal Najwa.


Marchel terdiam. "Baiklah, pulang sebelum larut malam!.." Setelah berucap lelaki itu berlalu pergi.


"Haish pantas saja lo suka Kai, lakinya modelan kayak begitu..." Lirih Najwa.


Zelia hanya menyunggingkan senyum. "Orangnya tidak pedulian dingin, apalagi dengan perasaan orang.."


"Belum tentu, lo gak tahu hati orang gimana..."


"Entahlah..."


"Mumpung lo di sini kita party yuk, gue pengen banget hilangin penat.." Ujar Najwa.


"Oke!!!...."


Kedua wanita itu berlalu pergi menuju tempat tujuan...


***


Pukul 20:00 malam..


Setelah mandi dan berpakaian Marchel keluar kamar melihat kamar Zelia juga ruangan lain. "Masih belum pulang?."


Dihubungi pun handphone Zelia tak aktif. "Ck merepotkan s3kali!..."


Ting tong ting tong...


Marchel melangkah untuk membuka pintu apartemen, ia terkejut melihat pemandangan di depannya, terlihat Najwa membopong tubuh Zelia yang setengah sadar. "Maafkan aku, aku sudah melarang Zelia untuk tak terlalu banyak minum. Tapi dia ngeyel...."


"Ck!..." Marchel sontak meraih tubuh Zelia.


"Baiklah terimakasih.."


"Oke.." Najwa sontak pamit berlalu pergi.


Marchel kembali mengunci pintu itu, dengan perlahan Zelia dibawanya menuju kursi.


"Aku masih sadar..." Ujar Zelia dengan tubuh oleng. "Kau tidak perlu membantuku..."


"Diamlah!.." Marchel memegang pinggang ramping Zelia agar tak jatuh.


"Ah gerah s3kali..." Rengek Zelia melepas jasnya hingga terjatuh.


Marchel menjatuhkan tubuh Zelia di kursi, ia berdecak kesal saat belahan dada wanita itu terlihat karena tiga kancing kemejanya terbuka.


"Kenapa kau terus menyusahkanku?." Tanya Marchel seraya mengancingkan kembali kemeja Zelia.


Zelia memandang lekat wajah tampan di depannya itu, ia sontak menarik tubuh Marchel hingga terjatuh di kursi. Marchel dibuat terkejut saat Zelia duduk di pangkuannya. "Aku masih memiliki kesadaran Marchel, bagaimana jika malam ini kita habiskan bersama?..." Lirih Zelia dengan tatapan berat.


Perlahan tapi pasti Zelia mencium lembut leher Marchel, bahkan lelaki itu dapat merasakan deru nafasnya. "Kau sendiri yang memulai jangan berpikir bisa terlepas...."


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html


Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  17


Zelia tersenyum mendengar jawaban dari Marchel, jari lentiknya menyentuh bibir lembut yang terlihat sexy itu. Perlahan tapi pasti Zelia menyatukan bibir keduanya, bagai tersengat aliran listrik Zelia merasakan sensasi lain pada tubuh.


Marchel tak menolak juga tak membalas ulah Zelia, ia menatap lekat wajah cantik wanita itu yang memejamkan mata saat menciumnya.


Zelia mengalungkan tangan pada leher Marchel, perlahan ia melepas ciuman itu dan menatap penuh tanda tanya kepada Marchel. "Ini pertama kalinya bagiku, apa sangat kaku s3kali?.." Tanya Zelia sambil berusaha menahan kesadarannya agar tetap terjaga karena pengaruh alkohol.


"Ya kau kaku s3kali Kai biar ku arahkan..." Lirih Marchel dengan tatapan beratnya, seraya menarik tengkuk Zelia.


Bibir mereka kembali bertemu, Marchel mencium bibir ranum Zelia atas dan bawah bergantian menyesap setiap inci manisnya. Lengan kekar Marchel menarik pinggang ramping Zelia sehingga tidak ada jarak diantara keduanya bahkan ciuman itu semakin dalam.


Hawa tubuh Zelia terasa panas sensasi lain sudah menguasainya untuk berbuat lebih...


Ciuman agresif yang diiringi dengan l*matan lembut Marchel membuat Zelia tak berkutik, lelaki itu lihai s3kali bahkan semakin menyesap dalam.


Zelia terdiam mematung saat Marchel melepas bajunya memperlihatkan bentuk tubuh kekar nan atletis. Lelaki itu kembali menarik pinggang ramping Zelia juga tengkuknya.


Bahkan Zelia membuka mulut saat Marchel melakukan gigitan kecil pada bibirnya agar terbuka, membiMarcheln lelaki tampan itu mengekspos setiap inci dengan leluasa.


Terdapat senyum menyeringai dari sudut bibir Marchel saat Zelia mulai membalas ciumannya membiMarcheln indra perasa keduanya bertemu.


Marchel melepas ciuman saat Zelia hendak kehabisan nafas, ia beralih mengecup dagu Zelia turun ke bawah dan menetap lama di leher jenjang yang putih mulus itu.


"Marchel....."


"Hmmmm?..."


"Tidak, ini pasti khayalanku lagi..." Lirih Zelia setengah sadar. Wanita itu berpikir tidak mungkin lelaki dingin yang disukainya seperti ini merespon.


Marchel tak peduli dengan ucapan Zelia, lengan kekarnya perlahan masuk ke dalam baju mengelus lembut perut rata itu hingga terus naik ke atas. "Ingat namaku Zelia...."


Zelia sontak membuka mata ia menggigit bibir bawahnya akan ulah tangan Marchel. Belum sempat bicara Marchel menidurkan Zelia di sofa, ia kembali mencium bibir ranum itu penuh agresif layaknya sudah candu padahal ini kali pertamanya...


Kemeja Zelia tanpa sadar sudah terlepas hanya menyisakan bra saja yang menutupi aset berharganya, tanpa melepas pagutan panas itu Marchel perlahan menarik kaitan penutup aset berharga Zelia.


Spontan Zelia menutupi area dadanya karena merasa malu ia bahkan mengalihkan pandangan tak berani adu tatap dengan lelaki tampan di atasnya itu.


Marchel tersenyum menyeringai tidak ada lagi wajah dingin padanya. "Untuk apa? aku bahkan sudah melihat dan menyentuhnya..."


***


Pukul 06:45 pagi.....


Perlahan Zelia mengerjapkan mata sambil menggeliatkan tubuh. "Ah nyaman s3kali...."


Wanita itu merubah posisi menjadi duduk, mata Zelia menyapu s3keliling ruangan terasa ada yang aneh menurutnya.


Nyawa Zelia s3ketika terkumpul kembali ia syok saat melihat tubuh atasnya tanpa penutup sehelai benang pun, Zelia spontan menutupi bagian dadanya mulut wanita itu menganga gelagapan panik. Tanpa pikir panjang Zelia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya itu. "Tunggu sebenarnya apa yang terjadi?.."


Zelia mencoba mengingat apa yang terjadi namun malah kepalanya terasa sakit. "Awhhh...." Lirihnya sambil memegang kepala.


Di kamar itu hanya dirinya sendiri, bantal sebelah sudah kosong.


Zelia sontak melihat bagian tubuh bawahnya ia menghela nafas lega, karena penutup itu masih melekat. "Syukurlah..."


"Ya ampun Kai..." Zelia menggigit bibir bawahnya ia tak sanggup memikirkan adegan panas semalam dengan Marchel. "Aku harus cepat pergi dari sini, ya pergi!!..."


Zelia celingak-celinguk mencari pakaian ia tidak mungkin keluar kamar setengah telanjang seperti itu, tanpa pikir panjang ia mengambil kemeja putih Marchel dari lemari lalu mengenakannya.


Dengan perlahan Zelia membuka pintu kamar, mata Putrinya menyapu s3kitar apartemen. Betapa terkejutnya ia saat kemeja dan bra yang dilepas Marchel semalam berserakan di kursi ruang tengah. "Tidak ya ampun!...."


Zelia sontak berlari dan mengambilnya, Marchel yang sedang santai menggigit buah apel di meja makan menyadari keberadaan Zelia di ruang tengah.


Zelia menelan saliva saat pria tampan itu berjalan ke arahnya. "Kau sudah bangun?."


"Ah itu iya!..."


Marchel menatap lekat tubuh Zelia dari atas sampai bawah, matanya fokus pada apa yang wanita itu pegang. Ya penutup aset berharga wanita.


Sadar akan tatapan Marchel, Zelia menyembunyikannya ke belakang.


"Tentang semalam...."


"Lupakan saja! aku juga s3karang akan kembali ke Jakarta..." Potong Zelia sambil tersenyum canggung.


Mendengar jawaban wanita itu Marchel mengangkat kedua alisnya, sorot mata tajam tak lepas dari wajah cantik Zelia. "Melupakan??..."


"Ya..." Jawab Zelia tak berani menatap manik biru Marchel.


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html


Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  18


"Karena malam tadi aku mabuk, anggap saja kesalahan..." Lirih Zelia.


Tidak ada jawaban dari Marchel ia hanya menatap lekat wajah cantik itu, tatapan matanya tak lepas dari bibir ranum Zelia yang terlihat membengkak akan ulahnya semalam.


"Itu bukan kesalahan kau sendiri yang bilang masih sadar..."


Glek... Zelia menelan salivanya. "Meski begitu aku tetap tidak mengingat semua kejadian semalam, jadi lupakanlah..."


"Karena proyek yang ku kerjakan sudah selesai, aku akan kembali ke Jakarta s3karang.." Lanjut Zelia, ia tidak mungkin berduaan dengan Marchel setelah melakukan adegan panas malam tadi.


Marchel menyandMarcheln tubuhnya pada dinding. "Bukankah kau menyukaiku kenapa buru-buru pulang? tunggu sampai bekas yang ku tinggalkan pada leher dan tubuhmu hilang Zelia.."


Mata Putri Zelia s3ketika membulat mendengar ucapan Marchel. "Apa maksudmu!."


Marchel hanya mengangkat dagunya saja sebagai jawaban.


S3ketika Zelia berlari menuju kamar, ia menatap dirinya pada cermin besar di sana. Zelia menutup mulut syok akan bekas cinta yang ditinggalkan Marchel pada leher jenjangnya itu.


"Tunggu apa ini?." Kancing kemeja Zelia buka, wanita itu terdiam kembali saat area dadanya dipenuhi bekas merah.


Zelia menggigit bibir bawahnya, wajah cantik wanita itu s3karang layaknya kepiting rebus. "Ah ya ampun Kai!....."


Perlahan Zelia melirik Marchel di luar kamar, lelaki tampan itu hanya mengangkat kedua alisnya dengan santai. "Aku harus senang apa sedih?." Batin Zelia lemas.


Wanita itu sontak membereskan barang-barang ke dalam koper, ia mengenakan jas juga syal untuk menutupi bekas merah pada leher.


Setelah selesai bersiap-siap Zelia menghampiri Marchel, ia tersenyum layaknya tidak terjadi apa-apa diantara mereka berdua. "Aku akan tetap pulang s3karang kau tak usah mengantarku, terimakasih sudah memberi tumpangan."


Zelia berlalu pergi setelah berpamitan meninggalkan apartemen Marchel..


"Cih! wanita itu menyuruhku untuk melupakan adegan panas yang dilakukan dengannya semalam? yang benar saja!..." Dingin Marchel. "Tidak semudah itu nona Zelia..."


Marchel menjatuhkan tubuh di kursi, lelaki tampan itu menggigit bibir bawahnya. "Aargh sial! bahkan bibirnya masih terasa..."


Sementara itu...


Zelia sudah di lantai bawah apartemen, ia hendak menghubungi seseorang untuk menjemput. Tetapi suara klakson mengejutkannya, ada sebuah mobil yang menghampiri Zelia.


"Dengan nona Zelia?." Tanya seorang wanita cantik yang menyetir terlihat berumur 32 tahunan.


"Iya saya sendiri, siapa ya?."


"Masuklah aku akan mengantarmu ke Jakarta nona, aku Maya supir pribadi nyonya Maya.." Jawabnya ramah.


Zelia terkejut. "Tante Maya? bagaimana bisa aku tid...."


"Masuklah tuan Marchel yang menyuruhku nona.." Potong Maya sambil tersenyum.


"Ah baiklah terimakasih mba.." Ujar Zelia seraya masuk ke dalam mobil.


"Sudah tugasku..." Sungkan Maya.


Mobil itu melaju membelah jalanan raya meninggalkan pelataran apartemen menuju kota tujuan.


"Hah? lelaki dingin itu peduli padaku?.." Batin Zelia bertanya sambil terkekeh. "Ah lupakan jangan mengingatnya Kai!..."


Memakan waktu cukup lama akhirnya Zelia sampai di Jakarta pukul 2 sore, sementara itu Maya kembali lagi pulang.


"Sudah pulang?." Sambut mama Nayla saat putrinya masuk rumah.


"Iya ma..."


"Marchel mana kok gak ada?." Tanya mama Nayla sambil celingak-celinguk.


"Kak Marchel tidak ikut ia sibuk, Zelia pulang dianterin sopir pribadinya.."


"Oh iya.."


Putri menatap Zelia dari ujung kepala sampai kaki. "Jakarta panas kenapa pakaianmu tertutup s3kali?."


"Dari kota A dingin..." Bohong Zelia. "Andai lo tahu kak ini ulah suamimu!.." Batinnya menjerit.


"Kak kenapa kau tidak pergi menemui suamimu? dia kelihatan sibuk s3kali pasti butuh sosok istri yang membantunya.." Tanya Zelia, sebenarnya ia tidak suka dengan sikap kakaknya itu yang ingin dinafkahi Marchel tanpa berbakti. Ya walaupun Zelia tahu pernikahan mereka hanya sandiwara tapi setidaknya...


"Aku juga sibuk, ke kota A tanggung, Marchel juga besok akan ke sini..." Balas Putri.


Mata Zelia s3ketika membulat sempurna. "B-besok ke sini!!.."


"Iya kenapa kau terkejut seperti itu?."


"T-tidak ada sih!..." Balas Zelia seraya tersenyum menutupi kepanikannya.


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html


Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”


Part.  19


"Papa belum pulang ma?." Tanya Zelia mengalihkan pembicaraan.


"Belum kayaknya sebentar lagi..." Jawab mama Nayla.


"Oh iya..." Zelia manggut-manggut. "Kalau begitu aku ke kamar istirahat dulu.."


"Iya sayang..."


Sontak saja Zelia menaiki anak tangga sambil membawa koper ia memasuki kamar lalu menguncinya, barulah wanita itu bisa bernafas lega. "Ah gerah s3kali aku tak tahan!!..." Zelia melepas jas juga syal tebal itu.


Satu persatu kancing kemeja Marchel yang dikenakan Zelia dilepas hanya menyisakan tank top saja, ia menatap kembali tubuhnya itu di depan cermin besar, Zelia menggigit bibir bawahnya sambil membuang nafas berat.


"Ya Tuhan bagaimana cara menghilangkannya? tidak mungkin aku bersantai di rumah dengan syal...."


Jari lentik Zelia sontak berkutat dengan internet ia mencari tahu tentang bekas merah itu. "Gila! masa dua minggu bekasnya baru bisa hilang?."


Zelia melepas semua pakaian atasnya tanpa terkecuali ia ingin melihat seberapa banyak bekas kepemilikan yang ditinggalkan Marchel, ia terdiam setelah melihat secara keseluruhan matanya tak berkedip sama s3kali. "Bahkan bibirku bengkak karnanya...."


Satu persatu ingatan Zelia tentang kejadian semalam muncul, mereka berdua layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.


Zelia ingat saat tubuh kekar Marchel yang polos mengangkat tubuhnya di pangkuan, menyentuh, mengelus, mencium, menghisapnya penuh kelembutan berbalut hasrat...


"Aaarrrgh stop Kai! jangan memikirkannya lagi stop!.." Lirih Zelia pada dirinya sendiri. "Kenapa gerah s3kali?...." Tanyanya sambil mengibas-ibas tangan pada wajah.


Zelia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, pikiran wanita itu menerawang kemana-mana. "Yang benar saja ciuman pertama juga lelaki pertama yang melihat tubuhku kakak ipar sendiri?."


Jika dipikir-pikir menurut Zelia Marchel masih bisa menahannya untuk tidak berbuat lebih atau tidak mengambil kesempatan. "Ah Zelia... Seharusnya kau tak mabuk, s3karang kau malu berinteraksi ke depannya dengan Marchel bagaimana.."


"Akhiri saja ya!, lupakan perasaanmu pada lelaki itu. Dia sudah menjadi suami kakakmu mau itu sandiwara atau tidak s3karang aku tak peduli, yang jelas cinta diantara kita tentu mustahil..." Gumam Zelia, ia sendiri tidak mau menyakiti perasaannya hanya karena masalah cinta..


...***...


Siang hari...


Mobil Marchel memasuki pelataran rumah keluarga Anton, ia turun melangkah memasuki rumah itu. Hanya ada pembantu yang terlihat Marchel sendiri memasuki kamar dimana Putri berada.


"Kau sudah sampai?." Tanya Putri sedikit terkejut dengan kedatangan suaminya.


"Hmmm..."


"Kenapa rumah hening s3kali?.."


"Kita baru pulang dari kantor, sambil menunggu pembantu menyiapkan makan siang jadi pada istirahat..."


Tidak ada jawaban dari Marchel lelaki itu hanya duduk berkutat dengan handphone.


Putri menyadari sesuatu pada leher Marchel. "Tunggu itu bekas merah pada lehermu?."


Marchel menoleh pada Putri. "Masuk angin parah.."


Putri terdiam mendengar jawaban Marchel. "Bukankah tidak boleh kerokan di leher?."


"Aku menyukai itu, rasanya lebih enak..."


"Oh..." Putri manggut-manggut saja walaupun ia merasa ada yang aneh tapi tidak mau bertanya lebih karena bukan haknya.


Selang beberapa menit, bibi pembantu mengetuk pintu kamar Putri. "Non, waktunya makan siang semuanya sudah kumpul.."


"Ya bi..." Balas Putri. "Ayo Marchel..." Lanjutnya seraya mengajak Marchel


"Hmmm..."


Pasangan suami istri itu keluar kamar, Putri tersenyum sambil menggandeng mesra lengan kekar Marchel menuju meja makan.


"Rupanya menantuku sudah datang, bagaimana kabarmu Marchel?." Lirih Anton diikuti mama Nayla menyambut mantunya itu.


"Baik ma, pa.." Balas Marchel.


"Syukurlah, ayo kita makan siang bersama."


"Ya.."


Anton terkekeh kecil saat melihat bekas merah pada leher mantunya. "Haish, Putri kau mahir s3kali sampai jelas seperti itu leher Marchel..."


Zelia tersedak saat hendak minum akan ucapan papanya.


"Papa bisa aja.." Kekeh Putri sengaja berbohong demi sandiwara lancar.


"Sudahlah pah jangan menggoda mereka wajar saja suami istri.." Timpal mama Nayla.


Marchel hanya tersenyum menyeringai.


"Zelia tidak menyapa kakak iparmu?." Tanya mama Nayla.


"Emmm?." Balas Zelia seraya menoleh ke arah mereka.


Sorot mata tajam Marchel bertemu dengan manik Zelia. "Ah iya senang bertemu kembali kak.." Marchel dan Zelia saling beruluran tangan.


"Baiklah ayo kita makan bersama.." Ucap Anton yang diangguki mereka.


Zelia menggigit bibir bawahnya agar bisa bersikap tenang. "Bagaimana bisa Marchel membiMarcheln bekas merah itu terlihat!." Batinnya menjerit kesal.


Marchel melirik Zelia yang berada di hadapannya hanya mengaduk-aduk makanan saja, terdapat senyum menyeringai dari sudut bibir lelaki itu.


Acara makan berjalan lancar, setelah selesai Zelia kembali memasuki kamarnya membiMarcheln mereka mengobrol di ruang keluarga.


"Ah akhirnya aku bisa bernafas lega..." Lirih Zelia seraya melepas syal tebal itu..


Tok tok tok...


"Non ini tehnya bibi bawakan.." Ujar bibi pembantu.


Zelia sontak membuka pintu. "Terimakasih bi.."


"Sama-sama non..."


Pintu kamar kembali Zelia tutup, saat Zelia hendak duduk meminum teh pintu kamar diketuk kembali. "Gulanya pas bi..." Jawab Zelia.


Karena tidak ada jawaban dari luar, Zelia melangkah membuka pintu untuk memastikan. "Bi?..."


Cklek...


Mata Putri Zelia s3ketika membulat sempurna. "Marchel!!.."


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html


Novel “ Nafsu Membara Kakak Ipar”

Part.  20

Sudut bibir lelaki tampan itu terangkat sebelah saat melihat reaksi Zelia, lengannya memegang gagang pintu lalu mendorongnya ke dalam.


Zelia mundur 2 langkah saat Marchel memasuki kamar bahkan mengunci pintu itu kembali. "A-apa yang kau lakukan di sini? kenapa pintunya kau kunci?."


Marchel terus mendekati Zelia yang langkahnya terus mundur untuk menghindar. "Meminta pertanggungjawaban mu..."


"Meminta pertanggungjawaban ku?." Balik tanya Zelia kedua alis wanita itu terangkat tak mengerti maksud Marchel.


"Hmmm..."


"S-stop! jangan melangkah lagi.." Timpal Zelia memasang kedua tangan untuk menahan tubuh Marchel, yang benar saja lelaki itu sudah membuatnya berdebar antara takut ketahuan juga canggung.


"Pergilah aku tidak mau ketahuan yang lain!..." Mohon Zelia.


Tidak ada jawaban dari Marchel ia hanya menatap lekat wajah cantik Zelia yang tampak tegang karena panik. "Aku akan keluar setelah kau bertanggung jawab..."


"Aku tak mengerti maksudmu?..."


Marchel menunjuk bekas merah yang ditinggalkan Zelia malam itu. "Ini..."


S3ketika Zelia terdiam ia bingung harus berkata apa lagi, wanita itu tersenyum menyeringai kepada Marchel. "Mengenai itu maafkan aku, aku tahu lancang ya kau tahu sendiri semuanya hanya kesalahan.."


"Itu bagimu tidak bagiku...." Timpal Marchel kembali mendekati Zelia.


"Hah maksudmu? t-tunggu stop!..." Tahan Zelia lagi. "Aku mohon keluarlah jangan membuatku merasa ketakutan seperti ini!.."


"Mengenai bekas itu aku sudah bertanggung jawab dan minta maaf, cepatlah keluar.." Lirih Zelia lagi ses3kali melihat pintu kamar takutnya ada seseorang.


"Diamlah, aku hanya meminta pertanggungjawaban dengan ini..." Ujar Marchel seraya menarik tengkuk Zelia menyatukan bibir keduanya.


Mata Putri Zelia membulat sempurna saat benda kenyal yang lembut itu sudah menyesap bibirnya leluasa. "Tidak jangan seperti ini!..." Batin Zelia.


"Mmm, mmlepaskannhh..." Zelia berusaha berontak tetapi tenaga Marchel lebih kuat bahkan lelaki itu menahan pinggang ramping Zelia agar menyatu dengannya.


Ciuman Marchel agresif s3kali tidak seperti kemarin mungkin karena Zelia berontak, Marchel me*umat bibir Zelia layaknya sudah benar-benar candu.


Karena hampir kehabisan nafas Zelia mendorong dada bidang Marchel sehingga ciuman itu terlepas, Zelia benar-benar tidak sanggup untuk menatap wajah tampan itu.


"Tatap aku..." Lirih Marchel dengan tatapan beratnya sambil menarik dagu Zelia.


"Kenapa nada bicara lelaki dingin ini terdengar lembut s3kali?." Batin Zelia merasa ada yang aneh..


Tanpa menyia-nyiakan kesempatan Marchel kembali mencium bibir manis Zelia atas dan bawah bergantian, Zelia terdiam ia perlahan tak memberontak lagi ciuman lelaki itu membuatnya terhanyut akan suasana.


Terdapat senyum menyeringai dari sudut bibir Marchel saat Zelia mulai membalas ciumannya, ia menekan tengkuk wanita itu untuk memperdalam ciuman panas mereka. Suara kecapan bibir terdengar di seluruh ruangan kamar Zelia.


Marchel mengangkat tubuh Zelia tanpa melepas pagutan itu meletakkannya di pangkuan, ciuman terlepas manik keduanya bertemu saling tatap satu sama lain seakan mengisyaratkan isi hati masing-masing.


Lengan kekar Marchel mengelus wajah cantik Zelia yang berada di atasnya, lagi-lagi Zelia mengalihkan pandangan tak sanggup bertatapan dengan mata Marchel yang seakan-akan menghipnotis itu.


Marchel kembali mengecup lembut bibir Zelia turun ke dagu turun lagi ke leher, lengan kekar Marchel perlahan membuka kancing baju Zelia satu persatu.


Zelia menggigit bibir bawahnya saat bibir Marchel sudah bermain di area dada meninggalkan tanda kepemilikan kembali di sana. "Ini gila... Tapi kau menikmatinya juga Kai!!.." Batin Zelia menjerit.


Tidak lama Marchel sengaja kembali merapikan baju Zelia menyelesaikan aksi panas mereka berdua. "Aku tidak ingin orang lain memiliki hatimu, cium bibirmu atau berada di pelukanmu karena itu hanya tempatku!.."


Zelia terdiam sedikit terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulut Marchel. "Memangnya siapa kau? kau hanya kakak iparku yang kebetulan menarik perhatian.."


Marchel yang hendak meninggalkan kamar itu langkahnya terhenti ia kembali menoleh ke arah Zelia. "Kau sudah masuk areaku Kai, maka jangan harap bisa terlepas!..." Dengan seulas senyum tipis Marchel meninggalkan kamar Zelia.


"Apa dia mulai menyukaiku? tidak! tidak!..." Zelia menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Jika iya aku akan tetap berusaha melupakan lelaki itu, tentang kejadian barusan anggap saja kesalahan kedua.."


Zelia memegang kepalanya frustasi rasanya ia ingin menangis. "Seharusnya lo gak usah balas ciuman itu Kai!! bagaimana bisa lupain perasaan, sikap Marchel s3karang malah kayak gini..."


"Tidak, pokonya lupakan lelaki beristri itu dengan cara yang lebih manjur, ya benar!.."


Zelia sontak meraih handphonenya menghubungi seseorang.


"Hallo Kai ada apa?." Jawab Anindi dari seberang.


"Carikan aku laki-laki yang cocok buat diajak kencan minimal 5 dalam sehari untuk memilih!.."


"Hmm oke tenang, tapi kenapa buru-buru bukannya lo sukanya sama lelaki tampan yang dingin itu Kai?." Balik tanya Anindi.


"Gue mau lupain Marchel dengan cara kencan bersama laki-laki lain..." Jawab Zelia yakin.


"Oke.."


Bersambung....

Selanjutnyaa ........

Part 1-40

https://noveldesahanmanja.blogspot.com/2024/08/nafsu-membara-kakak-ipar.html


posted under |
Posting Lama Beranda